sumber: Google |
Pemirsa.. Saat saya menulis opini ini, di seberang rumah kami sedang dilaksanakan pesta meriah pernikahan ada Batak. Seperti biasa, agar kian meriah maka seperangkat musik menjadi pengiring rentetan acara yang telah disiapkan. Biasanya sepaket dengan penyanyi berupa trio atau solo atau kadang pemain musiknya yang "rangkap jabatan" sebagai vokalis.
Yang jadi perhatian saya kali ini adalah list lagu-lagu yang dikumandangkan di pesta tersebut. Saya dengar sedari tadi sepertinya didominasi lagu-lagu rohani, sebagian lagi lagu-lagu sekuler (sebagian orang menyebutnya lagu duniawi, hehe).
Oh ya, saya tidak tau apakah adanya lagu-lagu rohani di pesta ini oleh karena kesepakatan "tuan rumah" atau disiapkan sendiri oleh "pargonsi" karena kebiasaan mereka atau karena ada "aturan" dari gereja/agama "tuan rumah" bahwa dalam pesta harus ada lagu-lagu rohani?
Soalnya ada sebagian gereja yang membuat "aturan" bahwa apabila jemaatnya mengadakan pesta batak dan pakai seperangat musik (pargonsi), maka lagu-lagu selama pesta harus lagu rohani, tidak boleh lagu-lagu sekuler.
Sudah pasti itu. Kalaulah ditanya kepada yang bersangkutan: mengapa dalam pesta kalian harus diisi lagu-lagu batak? Jawabannya pasti agar memuji Tuhan dan nama Tuhan dipermuliakan dalam pesta.
Nah.., bagaimana tanggapan anda mengenai lagu-lagu rohani yang dikumandangkan "meramaikan" pesta-pesta adat Batak?
Barangkali pemirsa punya beragam pendapat. Monggo nanti disalurkan lewat kolom komentar.
Nah, bagi saya terus terang "aturan" tentang pesta adat harus diisi dengan lagu-lagu rohani termasuk sesuatu yang "lebay" alias berlebihan. Mengapa? Hayo kita telusuri kenyataan di lapangan sebagai bahan pertimbangan penilaian. Benarkah lagu-lagu rohani di pesta adat memuliakan nama Tuhan?
Ops, sebentar, tidak termasuk lagu rohani pada saat ibadah ya. Barangkali ada ibadah di dari gereja di sela-sela pesta dimaksud. Itu beda tentunya.
Pertama. Lihat dan dengarlah bagaimana lagu-lagu rohani itu dinyanyikan (utamanya oleh pemusik/vokalis). Umumnya "gaya bebas" dan aransemen "bebas" pula. Ada lagu-lagu yang diciptakan sebagai penyembahan malah digubah dengan gaya dangdut. SERIUS, saya pernah dengar lagu SAI SOLHOT TU SILANGMI dinyanyikan dengan tempo cepat berirama dangdut dalam sebuah pesta adat. Waw...waw...waw.... Silahkan dinilai ya pemirsa..
Kedua. Lihatlah pula ekspresi orang pada saat menyanyikan lagu-lagu rohani di pesta ada. Juga gaya "serba bebas" bahkan "minus etika". Umumnya lagu-lagu rohani itu diubah menjadi cepat dengan dentuman musik yang menusuk jiwa, dan otomatis raga semua orang tergerak untuk bergoyang dan berjoget ria.
Oya, Pernah ga dengar vokalis sambil teriak: Semangat...Tangan di atas....hayo...ngaku...ngaku,,,,hehe. Tak lagi sungkan siapa di depan, samping dan belakang pokoknya goyang trosss. Yah, namanya pesta yang ga mungkin juga lagu-lagu penyembahan dengan angkat tangan segala toh? Ho..ho..ho.Silahkan dinilai lagi yang pemirsa.
sumber: Google |
Ketiga. Mungkin bukan semua, tetapi yang saya lihat secara umum begitu. LIhatlah para pemusik/vokalis lagu-lagu di pesta adat. Sekali lagi tidak semua, tetapi secara umum. Umumnya mereka main musik dan nyani sambil sesekali merokok. Dan cobalah dekat-dekat posisi pemusik/vokalis. Hampir pasti di samping masing-masing berjejer botol aqua berisi sesuatu yang berwarna mirip susu. Apa itu yok? Kwkwkw. Tu.....ak. (pinter...hehe). Silahkan lagi dinilai yahh
Belum habis bos. Mungkin karena pemain musiknya sudah kelelahan seharian atau kepanasan, tak jarang mereka terpaksa buka kemeja/kaos menyisakan kutang di badan sambil memainkan musik. Soal ekspresi.. jangan tanya....cetar membahana. Dan pernah lihat para pemusik sudah 1/4 atau 1/2 mabuk? ho..ho..ho..
Nah... jangan hanya melongo membaca ya. Sekarang silahkan dinilai sendiri bos. Dengan kenyataan di lapangan yang telah kita beberkan di atas, masihkah kita mau katakan bahwa itu: UNTUK KEMULIAAN TUHAN? Atau jangan-jangan sebaliknya, Tuhan merasa........melihat sekumpulan anak-anak manusia berjoged dan berdangdut ria dengan gaya dan penampilan urakan di sebuah tempat di bumi.
Hm..hm.. Kalau saya ditanya, saran saya adalah: karena pesta ini adalah pesta adat batak, ya siapkan saja lagu-lagu sekuler yang sesuai. Ada banyak kok lagu-lagu batak atatu lagu berbahasa Indonesia yang pantas dikumandangkan di tengah-tengah pesta adat. Cari saja lagu-lagu yang mengandung poda (nasehat), yang berisi motivasi, atau berisi kekayaan adat batak atau lagu-lagu yang bisa membawa perenungan kehidupan berumah tangga kalau misalnya adalah pesta pernikahan.
Tidak perlu (apalagi mewajibkan) lagu-lagu rohani di pesta-pesta adat. Kurang tepat menurut saya.
Lain hal bila semua operator/pemusik/vokalis dan tata cara pengumandangan lagu di "hadle" penuh oleh para pelayan gereja dimana "suhut" menjadi anggota.
Salam
#AmazingGrace
ima persoalan organisasi ta pe bapa...dohonon radikal hape pesta duniawi do na i hadapi....
BalasHapusHehe. Semoga para pimpinan kita semakin bijaksana.
Hapus