Hari-hari ini Danau Toba kembali disorot, dibahas dan diperbincangkan masyarakat. Sebabnya adalah terjadinya musibah tenggelamnya kapal kayu Sinar Bangun pada tanggal 19 Juni 2018. Menurut informasi dari Tim yang menangani sebab utama kecelakaan ini diduga deras/tingginya ombak dan muatan kapal yang kelebihan. Tetapi hal ini masih dugaan sementara sedangkan laporan pasti dari pihak yang membidangi penanganan belum dirilis. Termasuk jumlah korban dan penumpang belum dapat disimpulkan. Tapi dugaan saya, tidak kurang dari 180-an orang plus sepeda motor.
Yang menarik dan membuat suasana semakin heboh dan panas adalah berkembangnya opini di tengah-tengah masyarakat perihal sebab musabab terjadinya musibah. Salah satu yang tidak kalah heboh adalah adanya status facebook seseorang (mengaku guru spritual) bermarga Sirait (kalau tidak salah) bahwa musibah ini dikaitkan dengan penangkapan ikan mas sebesar kurang lebih 14kg oleh seorang pemancing ikan. Lebih lanjut katanya bahwa ada orang tua yang menyarankan agar ikan dimaksud dilepas kembali ke Danau Toba.
Menurut si "guru spritual" bahwa tak lama setelah penangkapan ikan imas "raksasa" itu, angin badai dan ombak besar langsung menerpa Danau Toba dan pada saat itulah kapal kayu Sinar Bangun mengalami musibah.
Isu kedua yang tidak kalah hangat adalah bahwa kabarnya para penumpang melakukan hal-hal yang kurang pantas di dalam kapal yang menyebabkan "penguasa teritorial" danau menjadi marah dan mengakibatkan musibah.
Saya sendiri lumayan terusik dengan 2 (dua) opini bahkan "keyakinan" orang di atas.
Tentang ikan mas "raksana", tidaklah saya percaya bahwa ikan masa berkuasa menyebabkan musibah di Danau Toba dan di manapun. Sehingga kalau disebut hal itu sebagai penyebab, sebagai umat Kristen tentu hati tergelitik. Kalaulah misalnya hal itu disebut hanya sebagai pertanda, bisa jadi walaupun bisa benar dan bisa tidak.
Tentang "penguasa teritorial" lebih menggelitik lagi. Menurut keyakinan banyak warga Samosir, bahwa Danau Toba katanya memiliki "penguasa" teritorial di dasar danau. Saya lupa nama-nama "penguasa" dimaksud. Tapi yang jelas mereka tidak menyebut Tuhan atau malaikat Tuhan sebagai "penguasanya". Dari hati yang paling dalam, saya "sedih" mendengar kenyataan ini. Sebab bumi, laut dan segala isinya adalah ciptaan Tuhan dan Tuhanlah yang berdaulat dan berkuasa atasnya. Itu mutlak.
Tapi tunggu dulu, ini akan lebih menarik. Jika dikaji lebih dalam, mungkinkah memang benar ada "penguasa lain" di Danau Toba? Mungkin... dan saya menyebutnya "nompang berkuasa". Siapa dia? Jelas bukan Tuhan, dan bukan pula "pasukan" Tuhan. Dia adalah "Penguasa buatan" manusia.
Ketika seseorang/sekelompok orang meyakini apalagi memuja adanya suatu kekuatan gaib/mistis di dalam atau pada satu objek (seperti danau, pohon, kuburan dll), mungkin saja ada oknum yang memanfaatkan keyakinan ini dan menancapkan "kekuasaan" pada objek tersebut. Dari mana asalnya?? Hehe, bukan dari Tuhan. Lalu kalau bukan dari Tuhan...., ya dari setan.
Keyakinan dan pemujaan di atas kemudian diekspresikan lewat berbagai hal. Ada yang memanggil dan memohon belas kasihan "penguasa", ada yang memanggil "orang pintar", ada yang memberikan sesajen berupa makanan, hewan, telur ayam dan beragam tindakan "okultisme" lainnya.
Bagi kalangan rohaniwan Kristen, hal ini sangat bertentangan dan kerap menyebutnya sebagai "perjinahan" rohani. Yang namanya "perjinahan" tentu suatu pelanggaran serius dan fatal. Itu sebabnya tidak sedikit rohaniwan Kristen yang menyebut bahwa musibah-musibah yang kerap menimpa Samosir dan Sekitarnya diduga sebagai bentuk "amarah" Tuhan kepada Samosir/Danau Toba atas tindakan "perjinahan rohani" yang dilakukan oleh penduduknya.
Beberapa orang juga mengaitkan dengan "kwalitas" kerohanian penduduk Samosir yang semakin tergerus yang dibuktikan dengan banyaknya warga Samosir yang tidak beribadah pada hari Minggu, kebiasaan berjudi/mabuk/ ditambah lagi mulai menjamurnya kafe-kare remang-remang yang mana secara umum orang sudah paham apa "isinya".
Saya sendiri tidak mudah mencari alasan untuk menyangkal pendapat para rohaniwan tersebut. Bisa jadi benar, walaupun saya tidak mendapat "wahyu" untuk memastikan itu benar. Hanya saja, pastilah saya lebih percaya rohaniwan daripada orang "awan" ataupun "orang pintar".
Lalu bagaimana? Saran saya, ayo kita "bersihkan" Samosir dan Danau Toba Sekitarnya. Utamanya bukan membersihkan dari sampah dan KJA (Keranjang Jari Apung) maksud saya, walaupun hal itu juga diharapkan.
Yang jauh lebih penting adalah "mebersihkan" danau toba dari mitos-mitos, keyakinan adanya penguasa terotorial di dalam danau, "membersihkan" Samosir dari ritual-ritual berbau okultisme seperti pemberian sesajen di tempat-tempat tertentu, perdukunan dan sekaligus meningkatkan kwalitas kerohanian penduduk Samosir dengan berbhakti dan beribadah kepada Tuhan sebagai wujud takut akan Tuhan dan pengakuan kedaulatan Tuhan atas kehidupan manusia.
Masa depan Samosir dan Danau Toba masih panjang, dan kita masih punya pengharapan kelak Samosir/Danau Toba menjadi daerah yang maju, makmur dan religius dan di atasnya nama Tuhan dimuliakan.
HORAS....
Betul itu Amang, dulu Samosir terkenal dengan "Pokan Haleluya" dimana setiap umat Pentakosta jika berjumpa dengan sesama umat pasti bersalaman dengan ucapan HALELUYA (sekarang tidak ada lagi), bahkan sekarang sudah ada Hamba Tuhan dipanggil untuk mendoakan tindakan okultisme di wilayah Samosir. Jadi Samosir yang dulunya "sudah dibersihkan" oleh HT sekarang sudah "kotor" bahkan HT ada terikut didalamnya. (RUMAH YANG SUDAH BERSIH AKAN LEBIH PARAH KERUSAKANNYA JIKA TIDAK DIRAWAT TOTAL). PRAY FOR SAMOSIR
BalasHapusMari kita turut kawal dalam doa dan "perang" terhadap "penhulu-punghulu" di udara Samosir amang.
HapusSemenjak keluarnya berita tentang tenggelam nya KM Sinar Bangun, saya cukup tertarik mengikuti perkembangan beritanya, dan tak lupa membaca setiap komentar teman2 penikmat fb. Tp satu hal yang membuat saya "menunda" untuk berkomentar adalah belum ada satu pun (yang saya baca sebelum nya) yang menyerukan seperti yang penulis sebutkan dalam blog ini, yaitu seruan u kembalinya kerohanian penduduk Danau Toba sekitarnya.
BalasHapusSaya pribadi berpikir, tidak ada kuasa di bumi ini (baik di atas langit dan di kolong bumi melebihi kuasa Tuhan).
Memang sy melihat ada acara ibadah (doa bersama) yg di adakan oleh keluarga korban dan penduduk sekitar Dantob perihal tragedi ini, yang menjadi pertanyaan adalah siapa sebenarnya yang kita "inginkan" menjawab sekaligus menyelesaikan masalah ini.....Sang Khalik kah??? Ato sembahan yang lain "ritual okultisme"...
Menurut keyakinan ku Tuhan itu tidak mau di duakan.
Jadi...sy setuju : Mari kita bersihkan Danau Toba dan sekitar nya...dengan caranya Tuhan.
Haleluyah!
#sekedaropini
Ya benar Pak/Ibu. Itulah sebabnya mari nyatakan "perang" terhadap kuasa setan yang mencoba mebelenggu Samosir
HapusTempat sangat menarik untuk liburan Rekomended banget.
BalasHapusuntuk budgenya berapaan yah k?
thanks Gan
Paket wisata kemana Bapak/Ibu?
Hapus