1 Petrus 5:2-3Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian diri.
Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
Pemirsa….. Saya teringat khotbah
seorang Pendeta begini: Bunyi lonceng
gereja (giring-giring) masa kini sudah berubah.
Sekarang ini bunyinya menjadi: Tammm pung….Tammmm pungggg.. Artinya
Silahkan keluar dari gereja anda, kami akan sangat senang menampung anda di
gereja kami.. hehehe
Kita sering mendengar kata-kata berikut ini: Jemaatku sudah banyak,
sekian ratus atau puluhan ribu KK. Atau begini: Pdt si X luar biasa
gerejanya. Mewah, Full music,
persepuluhan ratusan juta hingga miliaran.
Dengan ini beliau sangat diberkati Tuhan dan jadi kaya raya. Hasil karya pelayanan terlalu dibanggakan.
Kasus lain kita melihat antar sesama Pendeta dan sesame Hamba Tuhan jarang
saling akur. Bukan saja antar denominasi
malah yang satu merek juga tak jarang saling sikut. Saling rebut anggota dan sering pula saling
ejek dan umbar kelemahan. Sesama pendeta
menjadi seperti pemain olah raga yang tidak taat aturan, tak persoalan langgar
norma dan etika, yang penting gerejaku
maju dan berkembang serta diberkati melimpah ruah.
Kasus lain, antar gereja juga rajin saling klaim sebagai pemilik dan
pemegang ajaran yang benar sedangkan yang lain salah dan sesat serta bakal
menghuni neraka kelak. Parahnya bukan
hanya antar Hamba Tuhan yang terlibat di dalamnya. Kita pun sebagai jemaat mulai
ikut-ikutan. Kalau mau jujur kita sering
tidak tulus memuji keberhasilan gereja lain.
Malah mungkin berharap gereja kita saja yang maju sedangkan gereja lain
makin mundur. Maunya jemaat mereka pindah
dan kita tamping di gereja kita.
Kasus yang tak asing kita lihat bagaimana ditemukan banyak Hamba-Hamba
Tuhan Gembala Sidang yang otoriter dan memimpin serta mengelola sebuah gereja
sesuka hati tanpa ada yang bisa membantah.
Semua hal menjadi hak perogratif Pendeta, sedang yang lian hanya sebagai
domba-domba dan pembantu. Uang dikelola
sendiri, penatalayanan ditata sendiri, tata ibadah diatur sendiri tanpa mencoba
memberdayakan jemaat atau hamba Tuhan yang lain. Menurutnya, hanya kepada Dia Tuhan beri
petunjuk sedangkan yang lain tidak.
Pemirsa, ayat di atas justru mengajar kita dan khususnya para hamba
Tuhan benar-benar memahami dirinya sebagai seorang hamba dan pelayan dan bukan
sebaliknya bos atau direktur. Sangat
disayangkan banyak Hamba Tuhan yang jauh dari kesan seorang hamba, tetapi yang
didapati adalah sebaliknya.
Kalau begitu kita telah salah arah dan salah
sasaran? Membangung kerajaan-ku dan
bukan kerajaan-MU??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar.
(Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)