vascript'/>
"..Amazing Grace..": Kut'rima Janji Allah dari Kaum Yehuda

Kamis, Maret 20, 2014

Dokumentasi Pulkam Akhir Tahun 2013

Pemirsa.. Daku tak perlu pertontontan kata-kata, gambar-gambar berikut ini sudah lebih dari cukup mewakiliki menceriterakan perjalananku menunggangi Supra X 125 biru, kekasihku itu.hehe..
Berikut beberapa foto cepretan kamera BB "kuno" Davis berharga dibawah jutaan itu, hehe

Selamat menikmati:



Bapa, Mama dan salah satu adek saya



Bere saya pegang paha Ayam Kampung Jumbo, yang disembelih malam pergantianTahun 2013-2014
Kapal Motor jurusan Ajibata-Nainggolan
Tampak Hotel Danau Toba di pinggiran Danau Toba-Ajibata
Cukup mengejutkan, Kampung kini mirip hutan pinus

Batu yang tampak putih di atas (seberang Onantindang) oleh warga kampung disebut Martua Nantindang.  Konon oppung saya Alm Pdt Md Lumbanraja pernah menjemput seorang jemaat yang dibawa Hantu dari lokasi yang dianggap kearamat oleh warga ini


Bernostalgia dengan Harimonting, Makanan kesukaan parmahan (pengembala kerbau) di kampung kami



Ini dia, daun motung.  Semasa kecil daun motung ini dipakai sebagai bungkus daging B2.  Biasanya tugas kami sebagai seski daun motung setiap natal di gereja

Dua pohon pinus berdiri kokoh menjadi tiang gerbang masuk ke Sanggar

Gubuk kecil kami yang dulu, kini tinggal beberapa puing bebatuan sebagai saksi

Pohon kelapa di samping gubuk kami dulu masih berdiri kokoh hingga kini.

Ada sebatang pohon aren ditengah kebun kami si Sanggar. Aren adalah pohon penghasil tuak.

Mama saya mencabut samai (bibit padi), untuk ditanam di sawah

Perladangan kami yang mulai tidak terurus.  Maklum kami sudah pada merantau

Dikampung kami namanya Tahul-tahul.  Tumbuhan yang unik

Biasanya minyak lampu kami sudah habis di tengah minggu, karena kedai cukup jauh plus memang hepeng tidak ada, kami selalu memanfaatkan minyak kayu pinus untuk menyala api

Penasaran dengan Sanggar?  Inilah dia rumput Sanggar?  Lalu mengapa kampung kami disebut Sanggar? Saya juga tidak tahu, hehehe

Pirdot, rasanya manis plus ada biji-biji kecilnya.  Juga makanan favorit parmahan.

Ternyata keahlian saya menangkap borong-borong belum terkikis jaman.  Sekali coba langsung dapat.  Borong2 ini mengandung madu dan rasanya enak.

Mencabut samai bersama mama dan salah satu adek saya

Marsuan (menanam padi) di sawah.  Kecepatan saya masih di atas rata-rata, hahaha

Marsuan diabadikan.

Siap-siap pulang ke Medan.  Kali ini memilih menjajal  jalanan Harian-Tomok sebelum naik kapal menyeberang Danau Toba

Ada kopi ateng berbuah lebat di ladang kami. sayang hanya beberapa pokok

Ini namanya Mangalukku, mengolah sawah dengan mengandalkan tenaga kerbau.  Umumnya dikampung kami masih mengandalkan tenaga kerbau.  Hal ini karena kampung kami yang berada di perbukitan.  Sangat sulit dijangkau jetor


Pultak-pultak, rasanya manis.  Tumbuh segar di ladang kami.

Sekian dan terima kasih. Horasss

Baca Juga

7 komentar:

  1. Wahh terharu saya, foto2 itu persis ada dan mengingatkan saya dimasa kecil marmeami tu rabba :)

    BalasHapus
  2. I am not sure where you're getting your information, but good topic.

    I needs to spend a while finding out more
    or understanding more. Thank you for magnificent
    information I used to be searching for this information for my mission.

    Here is my web-site ... επιπλα ()

    BalasHapus
  3. Kereen, saya juga parsamosir, mantan parmahan... haru campur bahagia jika ingat masa kecil, ...

    BalasHapus
  4. Sedih, haru campur bahagia jika ingat masa kecil di samosir nauli saat marmahan, mandi di sungai.... kadang ingin rasanya kembali ke masa kecil dulu...

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar.
(Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)