Mazmur 41:13
Tetapi aku, Engkau menopang aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di hadapan-Mu untuk selama-lamanya
Pemirsa...., masih berkaitan dengan ibadah tengah minggu di rumah jemaat kami kemarin (03-09-2013) yang mendapat kunjungan dari seorang Pendeta dari sidang jemaat lain. Beliau ini adalah sesosok probadi yang tulus dan polos adanya. Tentu saja orang-orang yang mengenal beliau mengakuinya.
Sejujurnya khotbah beliau hanya sederhana. Baik materinya, gaya penyampaian serta
redaksional kata-kata yang beliau sampaikan. Tetapi seluruh jemaat termasuk saya begitu diberkati dengan Firman Tuhan malam itu. Rasanya begitu menyentuh dihati. Pastilah karena Roh Kudus mengurapi beliau, hadir dalam setiap perkataan beliau serta menjamah hati umat yang mendengar. Mengapa bisa? Tidak diragukan lagi, karena beliau berkhotbah dengan rendah hati, penuh ketulusan. Tidak berbohong, tidak memanipulasi dan tidak mencoba menyenangkan pendengarnya dengan hikmat kosong yang tidak berguna untuk kebangunan iman.
redaksional kata-kata yang beliau sampaikan. Tetapi seluruh jemaat termasuk saya begitu diberkati dengan Firman Tuhan malam itu. Rasanya begitu menyentuh dihati. Pastilah karena Roh Kudus mengurapi beliau, hadir dalam setiap perkataan beliau serta menjamah hati umat yang mendengar. Mengapa bisa? Tidak diragukan lagi, karena beliau berkhotbah dengan rendah hati, penuh ketulusan. Tidak berbohong, tidak memanipulasi dan tidak mencoba menyenangkan pendengarnya dengan hikmat kosong yang tidak berguna untuk kebangunan iman.
Rekans..,sebagai penikmat khotbah kita mungkin mulai memilih-milih pengkhotbah dengan membuat standar yang mulai tidak sehat. Kita mulai hanya menyenangi dan menginginkan seorang pengkhotbah yang pintar mengolah kata dan memiliki guyonan yang menggoyang hati untuk tergelitik dan tertawa terbahak. Kita mulai menginginkan khotbah yang dari awal sampai selesai membuat kita ketawa-ketiwi. Tetapi sepeninggal tempat ibadah, yang melekat di hati adalah lawakan pengkhotbah dan bukan materi pokok khotbah tersebut.
Sebegai pengkhotbah kita mungkin mulai mulai berpikir bila materi khotbah kita sederhana dan biasa-biasa maka tidak akan memberi dampak kepada pendengar. Dengan paham yang begitu kita mulai mencoba ramuan khotbah yang sensasional dan terkesan 'baru'. Parahnya, pengkhotbah mulai memanipulasi kebenaran yang ada dan pengalaman pelayanan dan meceriterakan secara berlebihan kepada pendengar. Singkatnya, pengkhotbah takut tidak digemari oleh pendengarnya. Padahal bukankan urusan Tuhan untuk menghidupkan khotbah kita di hati jemaat sedangkan urusan kita hanya menyampaikan saja?
Ayat di atas mengingatkan kita, bahwa Tuhan akan menopang setiap orang dalam langkahnya bila didasari ketulusan. Demikian juga dalam berkhotbah. Hati yang tulus, penyampaian yang tulus dan tidak manipulatif serta doa yang tulus, itulah khotbah yang hidup, berkuasa dan menghasilkan atmosfir yang menggetarkan dalam sebuah ibadah.
Ayat di atas mengingatkan kita, bahwa Tuhan akan menopang setiap orang dalam langkahnya bila didasari ketulusan. Demikian juga dalam berkhotbah. Hati yang tulus, penyampaian yang tulus dan tidak manipulatif serta doa yang tulus, itulah khotbah yang hidup, berkuasa dan menghasilkan atmosfir yang menggetarkan dalam sebuah ibadah.
Tuhan Memberkati.
Haleluya...
Haleluya...