Oleh: Rev DR MH Siburian, M.Min
(Pematangsiantar, 27 Maret 2002)
Itulah seruan Yesus di kayu salib beberapa saat menjelang kematian-Nya,
arti seruan itu adalah : ”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku”(Matius 27:46 b). Rasanya seruan itu menggambarkan satu perjuangan menghadapi maut
dalam kesendirian. Sorga diam dan tidak bereaksi ketika kematian itu masuk
kedalam “makluk kekal” yang rela menjadi manusia
yang “fana”. Dengan demikian kematian nampaknya berhasil
menunjukkan “Super Powernya”. Sebelum akhirnya dikalahkan dengan
kebangkitan Yesus.
Kematian Yesus tidak dapat dilihat sekedar kematian alamiah
yang dapat terjadi kepada setiap orang. Kematian itu adalah satu
rencana. Dan rencana itu berawal di surga jauh sebelum Yesus turun
kebumi.Kelahiran Yesus di Bethlehem adalah awal dari satu rencana Allah
di Kayu salib.Allah membuka satu hubungan baru dengan manusia melalui kematian
ini. Hanya dengan proses inilah Allah melihat manusia menjadi “acceptable”
,supaya di dalam Dia manusia dibenarkan oleh Allah. (2 Korintus 5:21). Kayu salib telah
membuka tabir universal dan memperbolehkan manusia dapat langsung berhubungan
dengan Allah. Kematian itu adalah aksesnya. Kayu salib membuka “new
relationship”bukan “new religion”. Kayu salib bukan agama baru. Agama hanyalah
bayangan, menurut rasul Paulus, dan Yesus dengan kelahiran. kematian dan
kebangkitan adalah “substansinya”. Kita tidak dapat diselamatkan oleh
bayangan keselamatan atau ide keselamatan. Ide keselamatan hanya memungkinkan
kita untuk mengetahui keselamatan itu bukan memiliki keselamatan. Ide tentang
pesawat terbang tidak menjadikan kita memiliki pesawat terbang. Manusia hanya
dapat diselamatkan oleh perbuatan konkrit Allah. Dia sendiri datang dan
menyelamatkan. Yesus adalah substansinya.
Allah membiarkan “anak manusia” itu mati. Bagaikan domba yang
dibawa ke pembantaian dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang
menggunting bulunya.Yesus dengan patuh menelusuri rencana sorga (Kisah
8:32). Satu persatu Yesus menuruni anak tangga kehinaan dengan sadar
dan rela mulai dari Betlehem sampai kepada kematian. Semakin dia menuju
kematian semakin jauh Dia dari sorga dari mana Dia berasal.Harga harus dibayar
bila ingin menuruti semua rencana dan blue print sorgawi. Dan sorga sendiri
tidak akan mengobah rencana itu walaupun hal itu tidak mudah bagi Yesus sebagai
“anak manusia”. Betapa jauhnya Yesus menuruni anak tangga penderitaan itu
sampai kepada anak tangga yang terakhir yaitu kematian.
Kematian Yesus bukanlah hanya menjadikan keselamatan itu “dimungkinkan”bagi
manusia tetapi sebenarnya adalah untuk menyelamatkan mereka dari “kutuk hukum
taurat” yang telah mengikat manusia itu secara sistematis dan metodis
beribu tahun sampai datangnya Yesus.Kutuk sistematis ini telah menyandera umat
manusia. Dan tidak ada orang yang akan membayar uang tebusan (ransom) bila
tidak ada kepastian akan di selamatkan atau dilepaskan kepada siapa wang
tebusan itu dibayar.Uang tebusan menjadi bukan uang tebusan kalau tidak ada
kelepasan yang terjadi. Kurban menjadi bukan kurban kalau tidak ada kepastian
bahwa akan ada perdamaian dari yang menerima kurban. Yesus adalah ransom untuk
manusia di kayu salib untuk tebusan dari kutuk dan kuasa dosa yang adalah
kematian. Yesus menjadi kurban untuk perdamaian dengan Allah.Dia membeli
kembali orang-orang percaya dengan darah-Nya
Dengan salib Yesus memberikan pengembalian hak atas manusia yang
percaya.Salib bukan sekedar “maaf” atau “pardoning”atas dosa
manusia.Tetapi pengalihan dari “gelap” kepada “terang” dari “budak” menjadi “
anak merdeka” dari “musuh” menjadi “sahabat” dari “terdakwa” menjadi “orang
bebas“ dari “akil balik” menjadi “dewasa “ dari “sekedar manager” menjadi
pemilik dan pewaris.
Tidak ada keselamatan tanpa penumpahan darah. Semua agama mengetahuinya
demikian. Tetapi keselamatan itu harus di disain dan dirancang oleh Allah
sendiri karena Dialah yang akan menerima kurban yang ditumpahkan darahnya. Dan
Allah hanya berkenan kepada kurban yang dia telah tentukan sendiri. Manusia
tidak dapat didamaikan dengan kurban yang sama sekali tidak di setujui oleh
Allah. Itu adalah perbuatan sia-sia. Tidak ada self-redemption.Yesus adalah
kurban yang di kurbankan sekali untuk selamanya.
Darah inilah yang “berbicara” (Ibrani 12:24) di
sorga dan di seluruh alam jagad raya ini. Darah kayu salib berbicara tentang
pemenuhan semua klaim ”keadilan Illahi”. Ini akan
mengamankan justifikasi (pembenaran) kita, karena memenuhi semua syarat
Allah tentang penebusan dan pengampunan. Semua prosedur illahi telah
dipenuhi. Darah di salib adalah bukti yang berbicara di pengadilan universal
bahwa umat manusia telah dibebaskan dari hukuman kekal. ”Siapakah yang
akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka?
Siapakah yang akan menghukum mereka?, Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan
lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang
malah menjdi pembela bagi kita ( Roma 8:33-34)
Dalam Yohanes 6: 53 berkata:” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau
kamu tidak makan daging Anak Manusi dan minum daran-Nya kamu tidak
mempunyai hidup di dalam dirimu”. Ini menunjukkan adanya proses
“importasi”.Kuasa darah Yesus telah di importasikan ke dalam hidup kita. Importasi
mana telah dilakukan oleh Roh Kudus,ketika kita menerima Yesus dan kita
menerima semua kepenuhan-Nya.
Darah Yesus di kayu salib telah berbicara kepada Allah: ”Ya Bapa ampunilah
mereka”. Ini adalah suara perdamaian, suara yang terdengar ke seluruh alam
jagad raya dan bebas prekuensi gelombang siapa saja yang dapat mendengar dapat
percaya dan di selamatkan. Suara ini sampai di sorga dan justru lebih keras di
sorga yang berbicara setiap saat. Ini bukan suara agama atau suara filsafat
atau teologia yang banyak tidak pernah terdengar sampai di sorga karena jauh di
bawah “desibel” pendengaran Allah. Hanya darah Yesuslah yang
di dengar di sorga dan berbicara tentang pengampunan dosa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar.
(Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)