Galatia 6:7b
Pemirsa, berbicara tentang hukum tabur tuai, sesungguhnya merupakan hal yang bukan asing lagi dalam telinga kita. Bukan saja dalam konteks spritual tetapi dalam dunia sekuler hukum tabur tuai diyakini sebagai sesuatu yang nyata. Saya teringat dengan sepotong lirik lagu yang cukup populer berbahasa batak: "...Molo sinuan hassang, hassang do natbu, molo sinuan na denggan, na denggan ma na ro.
Dalam bidang spritual/kerohanian, Alkitab juga berbicara tegas mengenai tabur tuai. Pada kesempatan ini saya mencoba menguraikan 4 (empat) hal penting yang perlu kita ketahui tentang hukum "Tabur Tuai".
1. Jangan lupa rumus/urutanya
Ya, rumus dan urutannya adalah tabur dulu baru kemudian menuai. Ibarat tanaman, tanam dulu bibitnya baru kemudian bisa dipanen pada waktunya. Persoalannya banyak diantara kita (termasuk) saya yang sering berharap (lebih tepat berhayal/berambisi) mendapat sesuatu padahal kita tidak melakukan kerja keras dan berpikir keras untuk meraihnya.
Kita kadang berhayal mendapat mobil, tetapi dari pagi-siang-hingga malam kita hanya terbuai dengan hayal tanpa melakukan usaha untuk mendapatkannya. Kerap juga kita ingin mendapat harta, jabatan, kekayaan, kecantikan, kegantengan orang lain tetapi kita tidak belajar untuk berkerja keras seperti mereka.
Di kalangan organisasi gereja pun kita tak jarang dengar motif mengangkat seseorang menjadi pengerja/hamba Tuhan. Ada seseorang diangkat menjadi pelayan/pengerja agar berubah dari tidak baik menjadi baik. Inilah yang terbalik. Hukumnya menjadi menuai baru kemudian menabur.
2. Sebenarnya kita setiap hari sedang menabur
Sesungguhnya apa pun yang kita lakukan setiap hari, apakah kebaikan atau kejahatan dan di lingkungan/profesi mana pun: kita sedang menabur. Bahkan termasuk dalam bersikap, berbicara, berpikir, berencana dan semua tindakan aktif/passif lainnya merupakan tindakan menabur yang nantinya pasti akan dituai.
Ketika kita akan membiasakan diri cuek, maka lama-lama kita akan memiliki sifat itu secara permanen. Demikian halnya dengan berbohong, sombong, tinggi hati. Sebaliknya juga ketika sedari awal kita biasakan ramah, rendah hati, senyum dan sikap positif lainnya maka sifat-sifat itu akan permanen dikemudian hari.
Jadi bagaimana agar taburan kita baik? Sebaiknya setiap bangun pagi kita berdoa kepada Tuhan, mohon tuntunan, hikmat dan kebijaksanaan agar kita bertindak, bersikap, berbicara yang baik.
Jadi karena setiap hari kita menabur, mari berusaha menabur lebih banyak kebaikan/hal positif dibandingkan dengan keburukan/kejahatan.
3. Hukum tabur tuai berdampak luas dan jauh
Hal ketiga yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa semua taburan kita setiap hari (entah itu baik atau jahat) akan berdampak bukan saja kepada kita sendiri tetapi bisa berpengaruh kepada isteri, anak, keluarga, cucu dan keturunan kita yang lebih jauh.
Itu FAKTA. Kita mungkin sering dengar ungkapan begini: Saya gak heran kok, kenapa si X itu jahat, bandal, tidak sopan wong bapaknya dari dulu begitu, ditambah lagi mamanya begini dan begono.
Ada juga sebaliknya, ketika seorang anak berperangai baik, sopan, jujur, rendah hati dan lain sebagainya kita juga sering dengar: Wajarlah dia baik, kita sama-sama tahu orang tuanya juga baik, ramah, sopan dan rendah hati. Bahkan kakek/neneknya juga seperti itu.
Hal itu merupakan contoh sederhana, ada banyak contoh dan fakta-fakat lainnya bahwa hukum tabur tuai itu berdampak bukan hanya bagi diri sendiri tetapi bagi banyak orang khususnya isteri, anak, keluarga, cucu dan keturunan yang lebih jauh.
Kalau begitu ya, mulai sekarang mari kita lebih HATI-HATI.
4. Tercatat di "bukunya" Tuhan
Tanpa kecuali, semua perbuatan kita jelas dan nyata terlihat oleh Tuhan. Saya tidak tahu bagaimana teknisnya, tetapi itulah kebenarannya. Apa pun yang kita lakukan, pikirkan dan rencanakan semuanya ada dalam catatan dan "arsip" Tuhan.
Dalam Wahyu 20 disebutkan bahwa pada akhir zaman, akan dibuka suatu buku di Sorga dan disana akan diperlihatkan segala tindakan dan perbuatan semua orang tanpa kecuali. Saat itu Tuhan Yesus akan menjadi HAKIM yang ADIL. Tidak ada disana kepalsuan hukum, tidak ada tawar menawar, tidak ada pengacara sekaliber manapun yang bisa melakukan pembelaan. Keadilan akan ditegakkan.
Mengetahui hal ini tentulah kita menjadi takut dengan segala perbuatan kita yang tidak baik selama ini. Saya juga pemirsa, saat mengetik ini sambil memohon ampun kepada Tuhan agar dia "memutihkan" segala dosa saya yang seperti kermiji selama ini.
Mengetahui hal ini tentulah kita menjadi takut dengan segala perbuatan kita yang tidak baik selama ini. Saya juga pemirsa, saat mengetik ini sambil memohon ampun kepada Tuhan agar dia "memutihkan" segala dosa saya yang seperti kermiji selama ini.
Demikian saya share 4 pokok pikiran mengenai hukum Tabur Tuai.
Selamat menabur, sambil menanti hasil tuaian.
#AG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar.
(Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)