vascript'/>
"..Amazing Grace..": Kut'rima Janji Allah dari Kaum Yehuda

Kamis, Agustus 29, 2013

"...Iman Lappet..."

Roma 12:11
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala z  dan layanilah Tuhan.

Pemirsa…., Coba anda amati, jika dalam satu persekutuan didapati du kali ibadah tengah minggu.  Sekali di rumah jemaat dan sekali lagi di gereja.  Ada perbedaan mencolok antara kedua ibadah berbeda tempat ini.  Bila ibadahnya dilakukan dirumah, kehadiran jemaat lebih banyak dan sebaliknya bila dilakukan di gereja maka yang hadir lebih sedikit?


Penasaran dengan fakta ini,  saya mencoba mencari sebab musababnya.  Saat bertanya kepada beberapa jemaat mengapa mereka lebih rajin bila ibadah di rumah jemaat, jawaban mereka bermuasa pada dua hal: Pertama menghormati tuan rumah supaya bila kelak ibadah di rumah kita mereka akan datang.  Jawaban kedua dan menggelitik adalah bila ibadah di rumah jemaat hamper pasti dapat makan dan minum minimal snack.


Alam pikir saya pun terbang ke memoar masa lampau kala masih anak Sekolah Minggu di kampung.  Bila gereja tempat saya beribadah dulu mengadakan Kebaktian Malam di rumah jemaat, kami selalu ikut meramaikan meski tempatnya jauh sekalipun.  Sebab sehabis ibadah pasti akan disuguhi Lappet.  Kala itu memang hampir setiap jemaat memilih Lappet sebagai makanan sehabis ibadah malam.  Entah apa sebabnya daku juga tidak tahu.  Yang jelas, karena teringat dengan makanan empuk yang satu ini, saya telah menjadikannya label begi kelas iman orang-orang tertentu alias IMAN LAPPET.

Rekan-rekans.. Sebagai umat Tuhan yang telah dewasa umur dan pengalaman pelayanan, tidak semestinya lagi kita berada di zona Iman Lappet.  Kesetiaan kita beribadah dimanapun dan kapanpun semestinya
tidak lagi sipengaruhi oleh hal-hal duniawi seperti ada tidaknya makanan dan minuman, atau jarak tempuh tempat ibadah dan lain-lain.  Seharusnya kita malu karena begitu kentara dilihat oleh Hamba Tuhan atau jemaat lainnya telah memilih rajin beribadah saat kemungkinan dapat makan/snack dan sebaliknya malas beribadah saat diselenggarakan di dalam gereja.  Sinyal malunya dikuatkan dong, hehe.

Tinggalkan Iman Lappet, tetapi miliki Iman karena Firman Tuhan.  Kalau mau makan Lappet beli saja sama Tukang Lappet Boru Sihombing, hehe.


Tuhan Memberkati.

Haleluya.

Rabu, Agustus 28, 2013

Pentingnya Identitas

Matius 5:14
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Pemirsa.....hehe.  Saya teringat pengalaman kecil beberapa tahun lalu.  Suatu waktu saya antri panjang di Bank Mandiri Cabang USU-Medan.  Seperti biasa bila antri tentu para nasabah berbaris berdiri secara teratur.  Tiba-tiba ada seseorang dari belakang mendekat saya dan berkata agak pelan.  Bang...Abang anak GPI ya?  (Lha ko masih nanya, bukankah gua terkenal di GPI ini, kwkwkw).  

Sory pemirsa, kita lanjut.. Tentu dengan sedikit kaget saya jawab: Ya saya Anak GPI, beribadah di Simalingkar.  Saya tanya, darimana abang tahu? Dia Jawab: Itu tuh kaos abang di belakang ada tulisan GPI.  Saya baru sadar, waktu saya memakai kaos yang punggungnya bertuliskan Workshop Nasional Pemuda GPI Tahun 2009. Ternyata dia juga adalah anak GPI dan pertemuan itu menghantar kami pada ruang percakapan dan diskusi tentang GPI masa kini. 


Rekan-rekans, Jika saya tidak menunjukkan identitas sgereja aya waktu itu (yaitu tulisan di Punggung baju), hampir pasti kami tidak akan saling bahwa kami sesama umat GPI, dan hampir pasti pula tidak akan terjadi diskusi dan sharing-sharing berbau rohani. Ternyata dengan "identitas" yang melekat pada kita, akan memberitahu orang lain siapa kita.

Rekans, Ayat di atas mengingatkan kita bahwa kita adalah terang dunia, dan pada prinsipnya tidak pernah lepas dari pendangan, perhatian dan pengamatan orang lain di sekitar kita.  Dan penampilan kita saat dilihat dan diamati orang lain, akan menunjukkan
identitas kita kepada mereka.  Bila yang baik yang kita tampilkan di depan mata orang lain maka mereka akan berguman:  Oh ini anak Tuhan.  Sebaliknya bila hal buruk yang kita tampilkan di depan orang lain, mereka akan berguman:  Oh yang ini bukan anak Tuhan.

Selanjutnya bila kita bicara penjangkauan jiwa-jiwa baru untuk Kritus, maka identitas Kekristenan kita haruslah jelas.  Jelas dalam arti perilaku, sifat, sikap, perkataan dan karakter kita harus memberitahu dunia bahwa kita adalah anak Tuhan.  Degan begitulah maka Penjangkaun Jiwa baru akan berhasil.

Tuhan Memberkati

Haleluya...

Senin, Agustus 26, 2013

Selamat Melayani "tubuh Kristus"....

I Korintus 6:19

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?

Jumat, Agustus 23, 2013

MEMANG, Tuhan sering nge-Test kita,,,

Keluaran 13:17,21

17. Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir
21. TUHAN berjalan di depan i  mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.

Kamis, Agustus 22, 2013

Sya "No" to Plagiat

Kolose 2:3
sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan

Pemirsa....

Satu harian kemarin saya sangat sibuk, bila tak hiperbolis saya katakan super sibuk. Sehingga serasa tak punya waktu untuk merenung sejenak guna dapat inspirasi dari hembusan angin sepoi, hehe.  Maksud saya dari Roh Kudus.  Sementara sudah komitmen minggu lalu bahwa "rumah mungil" ini akan saya isi setiap hari satu tulisan.  Jujur saja saya sempat berpikir untuk mencontek salah satu renungan harian dari "rumah" lain. Syukur niat itu urung dilakukan, sebab itu namanya plagiat.  Dan saya adalah anti plagiat alias mencontek karya orang lain.

Rekan-rekans, Kali ini kita ke menu "belajar berkhotbah".  Suatu waktu saya mendengar seorang pengkhotbah "besar" dengan lantang berkata:  Kalau berkhotbah, Anda Jangan jadi Monyet atau Bodat. Kenapa dengan Monyet atau Bodat?  Sebab monyet atau Bodat suka meniru-niru kita persis seperti gaya dan gerakan kita.  Pernyataan beliau ini benar, karena kala masih dikampung dan sering melihat monyet, memang jenis yang satu ini suka meniru gerakan-gerakan kita.  Bodat juga demikian.

Rekan-rekans, saya tertarik sekali dengan topik peniru-niru ini dalam hal berkhotbah. Faktanya memang sadar atau tidak sadar beberapa pengkhotbah telah menjadi tukang plagiat atau tukang niru-niru gaya dan materi khotbah orang lain.  Saya sudah mendengar itu, mulai dari keras lembut suara, intonasinya, bumbu-bumbunya dan yang paling menyedihkan hehe materinya pun sama persis.  Kata pengkhotbah di atas, mereka ini adalah "monyet" dalam hal berkhotbah.

Meniru-niru orang lain berbeda dengan belajar dari orang lain.  Tidak ada yang salah bila kita belajar dari khotbah orang lain.  Tetapi semestinyalah kita bijaksana untuk mengambil hal yang penting saja dari seorang pengkhotbah dan jangan bermimpi bakal sama persis seperti dia.  Barang kali seseorang itu adalah idola kita, tetapi jangan berpikir untuk
menjadi orang tersebut.  Itu tidak mungkin.  Atau sebetulnya bisa saja kita kutip sesuatu pernyataan populer dari idola kita, tetapi saat menyatakan ulang kepada jemaat, kita beritahu bahwa hal itu kita dapat dari Pdt X atau Pdt Y.

Bahaya dari plagiat ini adalah pertama, besar kemungkinan kita tidak "satu roh" dengan khotbah yang kita bawakan sebab merupakan contekan dari pengkhotbah lain.  Kedua, bahwa bisa saja contekan ini sudah pernah juga di dengar oleh jemaat dan akan ketahuan bahwa kita meniru-niru.  Yang ketiga, bisa saja pengkhotbah yang lain juga mencontek hal
yang sama dan saat ada kesempatan berkhotbah kepada jemaat dengan materi yang sama maka jemaat akan bingung.  Siapa yang mencontek siapa? hehe.

Karena itu, bagi para pengkhotbah silahkan beajar dari orang lain, tetapi jangan berlagak ingin sama seperti orang lain, sebab kita bukan "monyet" tetapi orang-orang yang cerdas, kreatif dan inovatif.

Tuhan Memberkati..

Haleluya....

Rabu, Agustus 21, 2013

Malam Pertamaku....

I Korintus 15:58

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!  Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia

Selasa, Agustus 20, 2013

Rumus Terbaik: Harmoni

I Korintus 3:4
Karena jika seorang berkata, "Aku dari golongan Paulus dan yang lain berkata "Aku dari golong Apolos", bukankah itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

Pemirsa.... Beberapa hari yang lalu ada sebuah rencana protes yang membuncah di dadaku. Protes kepada Seksi Festival HUT 70 Tahun GPI.  Dalam notasi Lagu wajib yang disajikan panitia, saya menemukan satu notasi yang menurut yang SAYA TAU tidak tepat, karena mencolok nada dan posisinya.  Esok hari di Siantar dalam Rapat Panitia sudah saya rencanakan untuk aksi protes ini.

Tetapi untung saja belum terlanjur.  Sore tadi kami kedatangan pengajar V Group yang Oke Punya. Notasi yang saya anggap salah ini saya tanya kepada beliau.  Eh ternyata justru bagus bila not itu ada.  Justru itu sebuah peluang untuk menciptakan harmoni yang menarik yang mungkin saja kontingen yang lain tidak memahaminya.  Tinggal memanajemen suara yang ada dengan baik, menciptakan keseimbangan, maka hasilnya akan memanjakan telinga.

Kawan-kawans...Kita tidak bisa menafikan bahwa di dalam organisasi selalu ditemui perbedaan, dan tak jarang perbedaan ini menjadi bibit perselisihan.  Repotnya meski dalam organisasi pelayanan pun tak jarang timbul perselisihan yang cukup tajam yang berujung pada perpisahan, lebih parah lagi bukan hanya perpisahan tetapi permusuhan panjang yang berbuah kebencian antara satu dengan yang lain.

Salah satu persoalan yang mengemuka dewasa ini di dalam pelayanan adalah adanya munculnya perbedaan kepentingan dan kebutuhan yang diakibatkan oleh perbedaan generasi.  Ada generasi tua yang cenderung stagnan, kolot dan statis.  Di satu sisi muncul generasi muda yang cenederung dinamis, menggebu-gebu dan menginginkan perubahan cepat.  Hal ini tak jarang menimbulkan persoalan yang bisa berpengaruh
negatif terhadap kemajuan pelayanan.  Dua generasi berbeda ini masing-masing punya keunggulan dan kelemahan. Kelebihan Generasi Tua adalah biasanya tidak terburu-buru, bertindak dengan pertimbangan dan perhitungan yang matang.  Generasi Muda juga punya keunggulan karena cenderung innovatif, kreatif, serta cekatan dalam bertindak.

Sebenarnya apa rumus terbaik untuk mengelola perbedaan ini dan memformasinya menjadi sebuah kekuatan?  Rumus yang terbaik adalah HARMONI.  Yaitu keseimbangan dan keselarasan potensi dan sumber daya yang ada.  Generasi Tua perlu membuka diri terhadap tuntutan generasi muda, Tetapi Generasi Muda perlu rem untuk menghormati Generasi Tua. Ingatlah ini, Generasi Tua yang membuka diri dan mengalah kepada generasi muda tidak akan mengurangi wibawa generasi tua, demikian juga sebaliknya.  Bila suatu waktu generasi muda megalah kepada generasi tua, dunia belumlah kiamat.  Perjalanan masih panjang, ruang dan waktu yang tidak sedikit masih terbuka di masa depan.

Dengan harmonilah kita bisa mempertahankan persekutuan kita.  Meletakkan perbedaan yang ada pasa tempatnya dan membentuk formasi yang kuat dari perbedaan-perbedaan menjadi kekuatan.  Yang terlalu panjang dipendekkan, yang terlalu pendek dipanjangkan. Yang pintar sabar kepada yang tidak pintar, yang tidak pintar belajar dari yang pintar. Itulah harmoni sejati.

Tuhan Memberkati.

Haleluya..

Senin, Agustus 19, 2013

Jadi Penonton di Sorga??

Wahyu 4:4b

Dan dengan tidak henti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

Wahyu 7:15
Karena itu mereka berdiri di hadapan tahta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya.  Dan Ia yang duduk di atas tahta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.

Permirsa.... Nanti pekerjaan kita di Sorga apa sih??  Hehe, pertanyaan ini sedikit aneh, menggelitik, mengejutkan tetapi bisa saja membuka mata dan pikiran kita.  Pernahkah kita mencoba mempelajari dan mencari tahu apa yang menjadi pekerjaan kita di Sorga?  Yang
jelas profesi seperti yang ada di dunia saat tidak akan ditemukan di Sorga.  Jangan berharap di Sorga anda bisa jadi toke kaca mata, sebab tidak ada yang butuh lensa maupun teropong di Sorga, hahaha.

Rekan-rekans, kedua petikan ayat di atas rasanya sudah cukup untuk menjawab pertanyaan kita.  Bahwa kelak tugas kita di Sorga adalah melayani Dia sang penebus kita, Tuhan Yesus Kristus siang dan malam dan itu akan berlaku sampai selama-lamanya.

Mengetahui dan mengingat tugas kita ini, saya jadi teringat kepada beberapa teman dan jemaat yang enggan turut melayani Tuhan di gereja atau persekutuan.  Mereka sepertinya punya prinsip bahwa cukuplah datang dengan tulus hati dan menikmati setiap ibadah yang diikiti, tanpa merasa perlu ikut terjun menjadi pelayan dalam sebuah ibadah.  Dalm arti hanya sebagai penikmat dan penonton saja tanpa melibatkan diri menjadi bagian dari para pelayan.  Beberapa orang kita dapati meskipun sudah puluhan tahun bergabung dengan sebuah persekutuan, tetapi kelihatannya enggan untuk turut ikut serta menjadi pelayan. Padahal, bagaimanapun keterlibatan seseorang sangatlah dibutukan untuk mendukung kemajuan pelayanan.


Nah...Jika kelak tugas kita adalah melayani Tuhan siang dan malam, mengapa tidak sedari kini kita mulai iktu melayani? Logika saya berkata, tidak mungkin nanti tiba-tiba anda jadi pelayan di Sorga sementara selama di dunia ini anda enggan melayani.  Enak aja lu....hahaha.  Siapa yang biasa melayani Tuhan di bumi, ya dia dong yang kelak akan jadi pelayan di Sorga.  Saya yakin itu.


Karena itu, bila rindu terlibat melayani Tuhan di Sorga kelak, marilah mulai sekarang kita terlibat dalam pelayanan di gereja kita, di persekutuan kampus, di jaringan doa atau komunitas apa pun.  Jangan puas hanya menonton, supaya di Sorga kelak kita pun tidak
hanya jadi penonton.

Tuhan Memberkati.

Haleluya.....

Minggu, Agustus 18, 2013

Telat beribadah, Anda kehilangan ini:

Mazmur 22:23

Aku akan memasyurkan nama-Mu  kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah:

Pemirsa, dua tiga orang jemaat memberitahu saya bahwa alasan mereka sering terlambat adalah karena merasa bahwa yang terpenting dalam sebuah ibadah adalah Khotbah,
sedangkan pujian-pujian di awal ibadah bagi mereka hanyalah pemanasan saja sebelum sampai kepada inti ibadah yaitu mendengar Firman Tuhan atau Khotbah.  Benarkah dalil mereka ini?

Sabtu, Agustus 17, 2013

Dari kita untuk Negeri, Ini yang Tuhan mau

2 Tawarikh 7:14
dan umat-Ku, yang atasnya namaKu disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka aku akan mendengar dari Sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka

MERDEKA....MERDEKA.... Sekali Merdeka, tetap Merdeka... Amin.

Pemirsa.....Beberapa orang telah saya dengar berkata bahwa sampai sekarang kita belum
bener-benar merdeka.  Pernyataan bernada skeptis ini tidak bisa saya salahkan.  Sebab mereka menguraikan bukti-bukti bahwa betapa bangsa ini belum bebas dari korupsi, dari mafia hukum, dari nerkoba.  Yang lain berkata sampai sekarang masih banyak penduduk yang belum mendapatkan penerangan listrik dan air bersih.  Itu sebabnya saya tidak bisa menyalahkan mereka, malah menerima bahwa apa yang mereka uraikan adalah benar adanya.