vascript'/>
"..Amazing Grace..": Kut'rima Janji Allah dari Kaum Yehuda

Kamis, November 25, 2010

Sumiati CS Lunglai, Pemerintah dan BNP2TKI Linglung


Mengejutkan untuk mendengar dan membayangkan!!! Enam tahun sudah UU NO 39 Tahun 2004 Tentang Ketenagakerjaan Indonesia ke Luar Negeri disahkan oleh DPR, namun sampai sekarang belum keluar Peraturan Pemerintah sebagai acuan dan atau petunjuk pelaksanaan dari Undang-Undang yang sangat urgent tersebut. Nyatanya, ketika terjadi permasalahan yang melilit Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri pemrintah seakan abai dan menutup mata.


Di sisi lain pihak swasta dalam hal ini BPTKI dan pihak-pihak penyalur tenaga kerja pun tak mampu berbuat apa. Mereka menuding pemerintahlah yang lalai melaksanakan tugasnya. Menurut mereka sejak TKI berada di Negara tujuan, maka sudah menjadi domain pemerintah untuk melayani dan melindungi. Sebaliknya pemerintah “mengira” bahwa urusan TKI yang disalurkannya adalah tugas dan tanggung jawab penyalur mulai dari perekrutan, pelatihan hingga pelayanan setiba di negera tujuan. Saling lempar tanggung jawab pun terjadi.

Siapa Apa yang salah?
Tentu saja pemerintah yang telah melakukan kesalahan fatal se fatal-fatalnya. Apakah pemerintah sedang bodoh atau pura-pura bodoh? Pasal-pasal Undang-Undang itu saja sudah jelas multi tafsir, tapi kenapa pemerintah tidak menerbitkan Peraturan Pemerintah supaya pihak-pihak yang bertanggungjawab bisa mengetahui batasan-batasan hak dan kewajiban mereka sebagai penyalur Tenaga Kerja?

Oh..ho.ho.ho… Padahal kita tahu jelas dan terang benderang, bahwa Tenaga Kerja Indonesia yang ada di luar negeri adalah penyumbang devisa yang sangat besar terhadap negeri ini, pun jadi pengisi rekening para penyalur yang kian hari makin gemuk saja. Tapi malang bagi Sumiati dkk, ketika para pahlawan devisa ini berjuang menggadai nyawa bahkan “tubuh”, pemerintah dan penyalur malah terbata-bata tak paham tugas dan kewajibannya. Bukankah memberikan perlindungan kepada warga negaranya baik di dalam maupun luar negeri adalah tanggung jawab pemerintah? Maka tak ubahnya, pemerintah kita sekarang adalah peng ekspor sekaligus penghisap darah warganya sendiri yaitu Tenaga Kerja yang ada di luar negeri.

Tapi yang anehnya, pemerintah selalu saja membantah telah melakukan kelalaian fatal atas kejadian-kejadian yang menimpa warganya diluar negeri. Seorang staf menteri Ketenaga kerjaan yang diundang bang Karni Illyas pada acara Atas Nama Rakyat di TV One nampaknya sudah didoktrim untuk ngotot tak mengakui pembiaran-pembiaran yang dilakukan oleh pemerintah. Maka tak heran, si kawan ini pun dengan manisnya mengatakan bahwa pemerintah selalu care dan melayani keluhan-keluhan serta mebantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi para Tenaga Kerja kita.

Padahal siapa yang tidak tahu, ratusan bahkan ribuan kasus yang menimpa TKI kita di luar negeri yang tak pernah becus dibantu oleh pemerintah? Berapa ribu orang para pahlawan kita yang tanpa sebab dan musabab diperkosa, berapa ratus nyawa yang harus menghadapi dan mengakhiri hidup oleh hukuman mati dan di tiang gantung? Berapa puluh ribu orang yang tiap tahun di penjara? Lalu berapa ribu orang yang pulang menjadi mayat setelah meninggal karena “sakit”? Saya tulis “sakit” dengan tanda kutip, sebab mereka yang meninggal karena sakitpun adalah karena penyiksaan, tidak makan dan minum serta mengalami perbuatan biadab lainnya.

Moratorium hanya Lelucon

Sebagian masyarakat bahkan pemerintah mengisukan dikeluarkannya moratorium penghentian sementara pengiriman TKI ke luar negeri terutama ke Negara-negara yang saat ini sedang terjadi masalah dengan TKI kita. Tapi nampaknya moratorium itu hanya lelucon dari bibir seksi pemerintah kita. Masih menari di alam hayal kita, ketika beberapa bulan lalu pemerintah mengisukan penghentian sementara pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Malaysia, Lihatlah datanya, bahwa TKI baik legal dan illegal malah tetap berjubel dan masuk ke negeri jiran pasca moratorium. Lagi pun pemerintah tak punya daya dan upaya untuk mengimplementasikan moratorium tersebut. Sebab selain pemerintah sudah terbiasa melakukan kebijakan keliru dan minim manfaat, bagaimana bisa melakukan pengawasan dan mendeteksi puluhan ribu penyalur TKI yang menjamur di negeri ini yang setiap harinya bisa dengan leluasa tanpa pengawasan untuk melakukan pengiriman TKI ke luar negeri?

Artinya apa? Gertakan sambal pemerintah ala moratorium penghentian sementara pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri adalah tidak efektif. Atau kasarnya tak berguna sama sekali. Apalagi kalau kita hubungkan dengan minusnya lapangan kerja di negeri kaya raya ini. Sedih memang mendengar berita, kalau ternyata Indonesia sudah menjadi pemain tunggal yang masih mengirim TKI nya ke Negara Arab Saudi. Satu-satunya, sebab Negara lain tidak lagi melakukannya. Tapia pa boleh buat, hitung punya hitungan, dari pada tak makan di negeri sendiri, lebih baik jadi “budak” di negeri orang, dengan kebutuhan sehari-hari lumayan bisa terpenuhi.

Mendesak, Revisi UU dan Pembuatan PP


Maka jika kita, terutama pemerintah memang ingin serius membantu menyelesaikan persoalan para TKI/TKW kita diluar negeri maka langkah pertama adalah melakukan revisi terhadap UU No 39 tentang Ketenaga kerjaan yang multi tafsir. Kemudian segera pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah untuk dijadikan acuan pelaksanaan daripada Undang-Undang tersebut.

Dengan demikian tidak terjadi lagi tuding menuding antara pemerintah, KBRI dan pihak penyalur TKI terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing. Kita tidak lagi bahkan serasa tidak tahan lagi mendengar informasi penyiksaan dan tindakan-tindakan biada lainnya yang dialami oleh para pahlawan devisa kita yang sedang tergadai di negeri orang. Semoga dan semoga tidak lagiterjadi!

Okelah, yang lalu sudah berlalu. Yang jelas pemerintah harus mengakui betapa lemahnya dan semrautnya pelayanan terhadap TKI/TKW kita. Selain itu, pemerintah seakan tidak pernah jemput bola dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ini. Maka mulai saat ini, sejak kita menyaksikan kasus Sumiati yang “kebetulan ketahuan” ini, seharusnya membuka mata kita semua terutama pemerintah untuk mengupayakan tindakan-tindakan preventif untuk memproteksi para TKI/TKW kita yang sedang berjuang di luar negeri

Baca Juga

28 komentar:

  1. jangankan yang jauh di seberang lautan Pak, rakyat yang di depan mata saja tak terurus. soal TKI, kejahatan pada mereka sebenarnya sudah mulai dari dalam negeri. begitupun ketika mereka pulang dari luar negeri. mereka jadi obyek pemerasan. dan pemerintah melakukan pembiaran

    BalasHapus
  2. semoga tak banyak lagi sumiati yg lainnya dimassa akan datang
    salam hangat

    BalasHapus
  3. siang sobat
    benar linglung,pemerintah kurang perhatian terhadap para TKW yang berada di Saudi Arabia.
    saya pernah bertemu langsung dengan para TKW, karena memang saya juga berada di negara tersebut walaupun lain kota.
    nasib TKW berbeda-beda ada yg mujur dan ada yang mengenaskan.
    semuanya sebenarnya kurang mujur saya bilang,karena gajinya cuma 500-800 reyal di Saudi Arabia,ngga seimbang dengan jauhnya dari negara asal dan pekerjaannya yg sebagai PRT tersebut dari pagi sampai malam belum lagi yg mengalami siksaan.

    BalasHapus
  4. Hi Laston! Yes we do celebrate Thanksgiving in our churches. After All, It is God to whom we owe our thanks. We celebrate because the Pilgrims or the people who came over from England to be able to worship the way they wanted to. Not just the way the Monarchy wanted them to. So they came over here to this "new land of America. They became "friends with the native Indians and they helped each other learn and shared their food with each other. So the Pilgrims gave thanks to God for this as well as being in a new land and able to worship the way they wanted to rather than how they were told. So, each Thanksgiving we reflect on what we are thankful for. As you can see by my post last night, people's priorities had definitely gone the opposite way. Yes, they are thankful for what God gave them, but no one said anything about being thankful to God Himself. That is the sad part of this day and time. Back in the days of the Pilgrims and in Biblical days, people knew where their help came from and gave HIM the credit. Now days it's like they are ashamed to own up to getting help from Him. They want to take all the credit for themselves, and that is unfortunate. Well, I could go on and on, but I know you probably have more comments and probably more interest ones to read than mine, so I will close for now. I don't know if Y'all celebrate it over there, but Happy Thanksgiving and God Bless.

    PJ

    BalasHapus
  5. btul
    pmerintah hrus lebih sigap n memeprhatikan pahlawan kita :)
    pahlawana apa namana klo TKI gitu :D
    lupa q :p

    BalasHapus
  6. Acid:namanya Pahlawan Devisa kawan...

    BalasHapus
  7. PJ: Let'shope we could celebrate it in Indonesia..

    BalasHapus
  8. Nura: coba digagas sebuah komunitas yang bisa membela kepentingan para TKI.

    BalasHapus
  9. Muhammad: Ya lingling itu sepertikehilangan ingatan..

    BalasHapus
  10. kalo pemerintah sedikit aja mengurangi korupsinya pasti gk bakalan begitu....

    BalasHapus
  11. hmmm semoga pemerintah bisa lekas tanggap menyelesaikan permasalahan ini
    kasihan para tenaga kerja kita diluar sana
    jangan sampai ada korban lagi :(
    dan pastinya harus ada kerja sama yg baik antara pemerintah dan BPTKI nantinya supaya jgn saling menyalahkan lagi :D

    BalasHapus
  12. Corat: Yang ada kerjasama untuk saling tidak tahu.. kan gawat........

    BalasHapus
  13. Leni: Sebenarnya tidak terlalu kuat hubungan anatar niat korup dengan ketidakpedulian...

    BalasHapus
  14. Penyiksaan terhadap TKW di luar negeri tidak lepas dari kelalaian pemerintah mengawasi pelaksanaan izin yang diberikan kepada PJTKI.

    Seharusnya training tidak hanya 200 jam tapi harus sampai tenaga kerjanya bisa bicara bahasa asing ybs dan melakukan pekerjaannya.

    Btw, saya follow blog anda di Googlw Friend Connect, silakan follow balik ya.

    BalasHapus
  15. Multibrand: Benar sekali.. mengenal budaya dimana kita menjadi pendatang adalah mutlak diperlukan

    BalasHapus
  16. Selamat malam Laston, resiko ada dimana-mana, ia bisa hadir tanpa di undang, Sosok abdi negara yg profesional adalah sosok yang berani mengambil resiko, sebab manusia hanya punya pilihan berhasil atau gagal dlm hidupnya. Jika Tuhan sudah menempatkan sebagai abdi negara bertindaklah bijaksana dalam menangi berbagai masalah yg ada di masyarakat, trims ya ?

    BalasHapus
  17. Agus: walaupun manusia tidak terpaku pada pilihan gagal atau berhasil bukan? artinya kadang berhasil kadang gagal, tantangan berat adalah bagaimana menjadikan kita berhasil terus menerus secara beruntun pada satu masalah yang sama

    BalasHapus
  18. siapa yang mau menaggung dosa akibat musibah ini

    BalasHapus
  19. Hello Laston, this is an horrendous reality, which unfortunately happens all over the world. That is why is so important to join campaigns like this, to spread up the message in order these abuses can be denounced and severely punished. World surely could be a better place if man wanted.

    BalasHapus
  20. Ana: Yes, so this the timu to do campaigns..

    BalasHapus
  21. seperti itukah para majikan di sana..?!?!? apakah mereka bukan manusia biasa?!?!?!

    BalasHapus
  22. Indonesia adalah negara besar dan kaya, bukan negara babu.

    BalasHapus
  23. kenapa banyak kasus yang mengerikan ini tetap membuat banyak orang tertarik jadi tkw di luar negri ya.

    BalasHapus
  24. semoga menjadi tragedi yang terakhir

    BalasHapus
  25. nurhayadi: Karena lebih baik jadi budakasal makandaripada mati kelaparan di negeri sendiri..........

    BalasHapus
  26. Hi Laston! It was good to hear from you again. I was reading your posts, and I think I have about come to the conclusion that every country's problem is there government. I know they are different types of problems but I wish there was a way to keep our governments accountable and checked on what they do. I'm thankful that we do have a democracy, but even then we as a "people" don't get to vote for everything that our government does. There are still "deals" being made to pass this bill and that law. There still is "if you'll vote this way for mine, I'll vote that way for yours. and so on. Don't get me wrong I feel privileged to live in the US and I think a democracy is the way to go, but all governments have problems. It seems though that some are definitely more drastic than others. It broke my heart to see the picture of that lady on your post. I hope your nation gets some positive answers soon. God Bless you and be with you!

    PJ

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar.
(Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)