Roma 5:3-5
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Pemirsa, saya menemukan ada orang-orang yang makin terpuruk ketika menghadapi suatu masalah dan sebaliknya pada masa yang sama saya melihat orang-orang yang bisa belajar dari masalah hidup dan lalu bangkit menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini berarti bahwa
ada dua respon yang saling berbeda dari setiap untuk menyikapi suatu masalah yang terjadi. Pertama, orang yang merasa tidak mampu menyelesaikan masalah dan lalu terpuruk bersama masalah itu serta bertahan dengan keadaan itu terus menerus. Kedua adalah orang yang menjadikan masalah sebagai suatu batu loncatan untuk naik ke level yang lebih tinggi. Yang satu bodoh dan yang satu cerdas mengelola masalah. Memang kita harus cerdas mengelola masalah.
Tidak ada sosok manusia di alam jagad raya ini yang tidak lepas dari terpaan masalah. Baik yang sifatnya ujian dari Tuhan maupun persoalan yang timbul oleh kelalaian kita sendiri. Dua-duanya bisa kita respon dengan dua sikap di atas: terpuruk bersama masalah, atau meloncat di atas masalah yang ada.
Dalam kaitannya dengan perjalanan iman kita bersama Tuhan, rasanya Alkitab sangat sering memberitahu kita akan banyaknya tantangan iman yang harus kita lewati. Kita menemukan perkataan kesengsaraan, penganiayaan, penderitaan, kekecewaan yang akan menghampiri kehidupan kita. Faktanya Alkitab penuh dengan cerita dramatis bagaimana orang-orang yang dibiarkan Tuhan mengalami persoalan hidup, dan setelah lulus dari persoalan mereka dipakai Tuhan menjadi alat yang luar baiasa.
Rekans, Tunjukkan kepada saya siapa tokoh-tokoh Alkitab yang langsung menjadi orang cemerlang dalam hidupnya tanpa melalui proses penderitaan dan persoalan hidup. Musa, wah tentu kita ingat bagaimana dia harus terusir dari istana dan mengembara jauh
meninggalkan kemewahan. Daud? Apalagi Daud, sekian lama nyawanya terancam oleh Saul. Siapa lagi? Yusuf? Akhh, menyedihkan dia harus dijual oleh abang-abangnya kepada saudagar Mesir dan menjadi budak. Daniel? Berapa kali nyawanya terancam seperti dilempar ke gua singa. Berarti tidak ada bukan?
Lalu mengapa mereka bisa menjadi tokoh-tokoh Iman yang nama-nama mereka tertulis bagaikana emas di dalam Alkitab? Kuncinya adalah mereka bertahan dalam iman meski harus sengsara. Kesengsaraan itulah yang menimbulkan ketekukan. Karena mereka tetap tekun makan mereka menjelma menjadi sosok yang tahan uji. Tahan terhadap ujian jenis apa paun dan tidak goyah sama sekali. Dan yang paling penting: Ada yang mereka harapkan oleh karena mereka diberi pengharapan oleh Tuhan.
Jadi kesimpulannya: Bila kita sedang menghadapi serangkain masalah, jangan menyerah, hadapi saja dalam iman. Kunci ada di tangan kita, dan kita bebas memilih. Pilihan pertama: Menyerah dan terpuruk bersama masalah yang ada. Pilihan Kedua: Berjuang dan melompat tinggi meninggalkan masalah dan naik kepada level yang baru.
Haleluya!!