Disadur dari Kumpulan Tulisan Rev DR MH Siburian, M.Min (Pendeta Umum Gereja Pentakosta Indonesia)
Doktrin ini adalah salah satu hal yang sangat fundamental
di dalam ajaran Kristen.
Walaupun
doktrin ini banyak disangkal oleh mereka yang bukan dari kalangan Kristen,
tetapi sampai sekarang hal doktrin ini tetap menjadi suatu hal yang sangat
terpenting bagi umat Kristen.
Penyangkalan terhadap doktrin ini adalah juga penyangkalan terhadap
existensi yang sebenarnya dari Allah kita.
Untuk itulah dipikir perlu, di dalam penataran kali ini, membahasnya,
walaupun hanya garis-garis besarnya saja.
Sesuatu yang tidak terbatas, memang tidak mungkin dapat
diketahui dengan sempurna oleh sesuatu yang terbatas
Allah adalah tidak terbatas sedang manusia
itu sungguh-sungguh sangat terbatas.
Maka di dalam kita berbicara mengenai Tritunggal ini kita ada kesempatan
ini kami ingin menyentuh tentang Doktrin
Gereja kita berhubungan dengan Bahasa Lidah (speak in tongue). Sebenarnya
Doktrin ini adalah jelas dan Alkitabiah namun karena banyaknya sekarang Aliran
Gereja yang membuat tafsirannya tentang Doktrin ini dan ini membingungkan
sebahagian anggota Jemaat Gereja kita.
Dikalangan
Gereja Aliran Roh Kudus, akhir-akkhir ini banyak yang telah dipengaruhi oleh
aliran yang tidak percaya tentang
bahasa lidah ini sehingga kita sebagai Gereja tidak akan begitu saja menerima
mereka sebagai Aliran Pentakosta tanpa mengetahui kemurnian ajaran mereka
tentang pokok doktrin ini.
Bahasa Lidah
adalah suatu pengalaman yang diperoleh setelah adanya Baptisan Roh Kudus.
Bahasa Lidah bukanlah sesuatu hal yang dengan mudah diterangkan sebagaimana
kita menerangkan kotak 4 segi: panjang, lebar, tingginya olehmana kita
mengetahui luas atau isinya.
Kita akan
melihat bahasa lidah ini dalam konteks setelah Kejadian Hari Pentakosta, hari
yang menandai kejadian Babtisan Roh Kudus yang diikuti dengan Bahasa Lidah atau
Bahasa Baharu bagi murid-murid. Suatu
kejadian yang dialami oleh para percaya di Gereja mula mula. Dan kalau kita
telusuri sepanjang sejarah Gereja Perjanjian Baru (Kisah Rasul) bahsa Lidah ini
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan Gereja walaupun di beberapa tempat
seperti di jemaat Korintus ada masalah pemakaian Bahasa Lidah yang kurang
tepat. Hal ini menurut pengalaman kami masih juga terjadi di dalam Gereja zaman
sekarang.
Namun masalah
yang terjadi dalam jemaat Korintus tidak menjadi dasar untuk membatalkan Bahasa
Lidah dari kehidupan Gereja. Ini adalah dosa besar, apa yang telah ditetapkan
oleh Allah tidak dengan mudah kita tiadakan karena masalah like or
dislike. Alkitab adalah Alkitab dan Firman Tuhan harus
diterangkan oleh Firaman Tuhan bukan dengan tafsiran logika saja.
I. Pengertian Bahasa Roh Kudus
Kita
menggunakan Terminologi Babtisan Roh Kudus karena istilah inilah yang lazim
digunakan. Memang kita menemukan istilah lain seperti: dipenuhi dengan,
turun atas atau turunlah, semuanya menunjukkan kepada kita kejadian dan pengalaman yang sama.
Dengan demikian kita akan menggunakan istilah babtisan untuk selanjutnya.
Periksa
ayat-ayat berikut ini:
Kis 1:5; Kis 1:8; Kis 2:4;
Kis 2:17; Kis 2:18; Kis 2:33; Kis 4:31; Kis 8:15; Kis 8:16; Kis 8:17; Kis 9:17;
Kis 10:38; Kis 10:44; Kis 11:15; Kis 13:52; Kis 15:8; Kis 19:2; Kis 19:6; Roma
5:5; Roma 8:15; I Kor 2:12; II Kor 5:5; Gal 3:2; Gal 4:6; Efesus 1:13.
Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat diketahui bahwa
Babtisan Roh Kudus adalah suatu kejadian yang biasa dalam pengalaman Gereja
mula-mula.
A.
Babtisan Roh Kudus adalah Pengalaman Setelah Keselamatan
Titus 3:5; II
Tesalonika 2:13 à keselamatan berhubungan ketat
dengan Roh Kudus
yang bekerja sehingga kita
percaya terhadap Injil dan
kita bertobat untuk
mempercayai Yesus. Firman Tuhan
berkata: “Yesus adalah Tuhan” selain oleh Roh Kudus (I Korintus 12:3).
Tetapi
pertobatan adalah satu hal dan Babtisan Roh Kudus adalah satu hal yang lain. Satu kejadian yaitu pertobatan
adalah lebih dulu dan Babtisan Roh Kudus adalah kemudian. Babtisan Roh Kudus tidak pernah dialami
seseorang sebelum dia mengalami keselamatan. Babtisan Roh Kudus adalah bagi
mereka yang percaya saja.
Kita percaya
bahwa murid - murid sudah
diselamatkan karena mereka sudah percaya kepada Yesus, namun Yesus
menintahkan kepada mereka
supaya mereka menunggu Babtisan
Roh Kudus: “tetapi tidak lama lagi kamu akan dibabtis dengan Roh Kudus
(Kis 1:5b).”
Satu ketika
kira-kira 19 tahun setelah kejadian Pentakosta Paulus pergi ke jemaat Efesus
bertemu dengan orang percaya di sana .
Namun heran, orang-orang di sana tidak
pernah mengalami kejadian Babtisan Roh Kudus lalu Paulus menerangkan kepada
mereka tentang Roh Kudus dan Paulus berdoa serta menumpangkan tangan atas
mereka lalu Roh Kudus turun ke atas mereka dan mulailah mereka berkata-kata
dalam bahasa Roh dan bernubuat.
Babtisan Roh
Kudus tidak terjadi atau dialami
bersama-sama dengan pertobatan. Babtisan Roh Kudus sebelum Babtisan Air adalah
dimungkinkan dalam Alkitab sebagaimana terjadi kepada keluarga Kornelius,
tetapi bukan pada saat bertobat dan bukan pula pada sebelum bertobat. Kejadian pertobatan adalah
satu proses dan kejadian Babtisan Roh Kudus adalah proses yang lain, yang
mengikuti pertobatan.
B. Babtisan Roh Kudus dan Permohonan Untuk Dibabtis
Babtisan
Roh Kudus bukanlah kejadian otomatis, tetapi lebih kurang sebagai pengalaman
yang dimohonkan/didoakan agar Tuhan mencurahkan RohNya. Kita dapat tahu bahwa
murid Yesus tidak hanya 120 orang, tetapi pada hari Pentakosta yang dibabtis
hanya 120 orang yang setia berdoa selama 10 hari di Yerusalem. Alkitab tidak
mencatat Babtisan Roh Kudus terjadi kepada orang percaya yang lainnya. Dan
ternyata kemudian daripada itu banyak orang percaya mengalami Babtisan Roh
Kudus setelah para Rasul berdoa atau menumpangkan tangan (Kis 8:14-17).
Pendapat yang mengatakan bahwa Pencurahan Roh Kudus
dengan kata lain sudah cukup sekali, yaitu pada Hari Pentakosta dan kejadian
yang sekali itu menandai Babtisan Roh Kudus untuk semua orang percaya sampai sekarang, hal ini tidak benar dan
tidak Alkitabiah. Janji Tuhan untuk membabtis orang percaya bukanlah hanya kepada
120 orang di Yerusalem. Kita dapat tahu
bahwa murid Yesus buka hanya 120 orang saja , tetapi pada hari Pentakosta yang
dibabtis hanya mereka 120 orang yang setia berdoa selama 10 hari di Yerusalem.
Alkitab tidak mencatat Babtisan Roh Kudus terjadi kepada orang percayaa lainnya
dan ternyata kemudian daripada itu banyak orang percaya mengalami Babtisan Roh Kudus setelah Para
Rasul berdoa atau menompangkan tangan (Kis 8: 14-17).
Namun Alkitab
mencatat juga bahwa Roh Kudus dicurahkan kepada mereka yang percaya ketika
mereka mendengar tentang iman dan keselamatan kepada semua orang yang percaya
bahkan kepada orang yang akan percaya. Sebagaimana Petrus berkata: “sebab bagi
kamulah janji itu
dan bagi anak - anakmu
dan bagi orang
yang masih jauh, yaitu
sebanyak yang akan
dipanggil oleh Tuhan
Allah kita (Kis 2:39).”
Roh Kudus
akan dibabtiskan kepada
mereka yang percaya
apabila kita dalam proses memohon atau meminta kepadaNya. Maksudnya bahwa
Babtisan Roh Kudus
tidak otomatis sudah dberikan ketika
kita bertobat. Dari ayat - ayat yang kita telusuri di dalam
Perjanjian Baru, para Rasul
menekankan pentingnya Babtisan
Roh ini kepada jemaat. Mereka berdoa, menumpangkan tangan dan memohon agar Tuhan membabtis Roh
Kudus kepada jemaat (Kis 10).
Kemanapun
Rasul pergi mengunjungi jemaat maka perkara yang mereka ingin tahu adalah: “apakah kamu sudah
menerima Roh Kudus ketika kamu percaya (Kis 19)? Sebab banyak dari antara orang percaya pada waktu itu
belum dibabtis dengan Roh Kudus dan bahkan ada yang belum pernah mendengar akan
hal itu sama sekali. Dan untuk itu Para Rasul
berdoa dan menompangkan tangannya agar mereka dibabtis dengan Roh Kudus. Dengan
itu Alkitab memberikan kenyataan kepada kita bahwa kewajibanlah setiap orang
percaya menerima Babtisan Roh Kudus.
C. Ketika kamu percaya
Perkataan
tersebut di atas telah menjadi senjata orang yang hendak menyangkal Babtisan
Roh Kudus. Dengan mencoba meniadakan seluruh fakta Alkitab tentang Babtisan Roh
Kudus dengan satu perkataan tersebut. Perkataan itu diambil dari suratan Rasul
paulus kepada jemaat Efesus (Efesus
1:13-14)à Di dalam Dia kamu juga à karena kamu telah
mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu à Di dalam Dia kamu juga,
ketika kamu percaya dimateraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikanNya itu. Lalu dari perkataan “ketika kamu percaya” à dimateraikan dengan Roh
Kudus, yang dijanjikanNya itu “timbullah ajaran yang menyangkal seluruh
Kejadian babtisan Roh Kudus yang tercatat di dalam Alkitab dengan mengatakan
bahwa Rasul Paulus sendiri menyatakan bahwa kita percaya kita sudah
dimateraikan dengan Roh Kudus.
Mari dengan
hati-hati kita perhatikan maksud dan tujuan dari ayat-ayat tersebut. Pada zaman
tersebut (pada zaman Rasul) ada kebiasaan pemilik sesuatu benda seperti kendi,
buli-buli atau bejana, mensah atau menstempel barang tersebut, ketika masih
lembek (sebab kebanyakan terbuat dari tanah liat) sebelum dikeraskan atau
dibakar (dimasukkan dalam perapian). Dan stempel itulah yang menjadi pemilik
dari barang tersebut yang pada zaman
kita ini pun masih dipraktekkan yaitu
adanya trademark di setiap produk.
Dengan cara
yang sama Kristus berjanji akan mencurahkan RohNya kepada murid-muridNya yang
sudah percaya jauh sebelum hari Pentakosta sebagai materai atau cap pemilikan
agar para murid ini memiliki kuasa pelayanan (Kis 1:8) untuk dapat menjadi
saksi yang efektip (Luk 24:49).
Sebelumnya
kita telah menyinggung bahwa kira-kira 20 tahun setelah Hari Pentakosta Paulus
mengunjungi jemaat Efesus kemana kemudian dia menulis surat Efesus ini. Pada kesempatan itu dia
bertanya: “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu percaya?” maka jawab
jemaat “belum” (Kis 19:1-7) dan Rasul Paulus menompangkan tangannya kepada
mereka dan kumpulan itu (berjumlah 12 orang) maka dipenuhi dengan Roh Kudus dan
mulailah mereka berkata-kata dalam Bahasa Roh dan bernubuat.
Beberapa tahun
kemudian Paulus menulis Surat kepada jemaat ini
(Efesus) dan isi suratnya adalah salah satu yang kita baca tadi (Efesus
1:13-14). Berobahkah Paulus sehingga dia membuat kontadiksi atas apa yang
dialami dan diajrkan oleh dia sendiri kepada jemaat Efesus ini beberapa tahun
yang lalu? Apakah Paulus bermaksud:
kalau dulu jemaat Efesus perlu menerima Roh Kudus setelah mereka percaya
(Kis 19:1-7) dan sekarang Paulus mencoba menerangkan bahwa jemaat Efesus sudah
menerima Roh Kudus
pada saat mereka percaya? Jelas
sekali Paulus tidak bermaksud demikian dengan suratnya ini (Efesus 1:13-14).
Justru Paulus ingin menekankan kembali apa yang telah dialami oleh Jemaat
Efesus yang dulu, yakni bahwa setelah mereka percaya mereka harus dimateraikan
dengan Roh Kudus yang dijanjikanNya itu. Tentu dari 12 orang yang ada di dalam
Kisah 19 ada diantara jemaat yang hadir mendengarkan surat Paulus ini.
Apabila kita
bandingkan perkataan: “ketika kamu percaya” di dalam Efesus 1:13-14 tadi dengan
naskah aslinya ataupun terjemahan bahasa Inggris yang disalin dari naskah
aslinya sebenarnya kata “ketika” di sini bukan berarti “pada saat” atau percaya
dan dibabtis Roh Kudus adalah sekaligus satu pengalaman. Dalam bahasa Inggris
terjemahannya After that ye believed, yang
terjemahan harafiahnya: setelah kamu percaya. Dan
ini sesuai dengan apa yang dialami oleh Paulus sendiri dan jemaat Efesus juga.
Jemaat Efesus juga tentu mengingat bagaimana Paulus menginstruksikan agar
mereka dibabtis dengan air lalu Paulus menopangkan tangan ke atas mereka dan
mereka dipenuhi dengan Roh Kudus dan berbahasa lidah serta bernubuat.
Babtisan Roh
Kudus (yang dijanjikan) itulah menjadi materai penyelamatan bagi kita (Efesus
4:30) sampai Yesus Maranatha datang. Dalam II Korintus 1:21-22 Paulus
menyatakan Roh Kudus yang diberikan itu adalah jaminan dari semua yang telah
disediakan untuk kita. Jadi sekali lagi ajaran Doktrin yang menyatakan bahwa kita telah dibabtis Roh
Kudus pada saat kita percaya tidaklah Alkitabiah dan itu tidak dianut oleh Gereja
Pentakosta Indonesia
dan Gereja Perjanjian Baru pun tidak menganut faham yang demikian.
Sebagai bukti
mari kita telusuri secara singkat urutan
Sejarah Perjanjian Baru. Para Rasul atau Murid-Murid yang suudah percaya kepada
Yesus, harus menunggu Babtisan Roh Kudus di Yerusalem dan mereka mengalaminya
. Kemudian jemaat Samaria yang sudah percaya, tetapi
belum menerima Babtisan Roh Kudus, harus pula menerima Babtisan Roh Kudus,
Kornelius dengan seisi rumahnya kemudian kira-kira 20 tahun setelah hari Pentakosta, jemaat Efesus harus
pula mengalami Babtisan Roh Kudus ini.
Maka
pengertian yang sebenarnya dari Efesus 1:13-14 tadi adalah bahwa kita sesudah
percaya (after that ye believed atau Pistrusantes) kita menerima pensahan atau pematerian sebagai milik
Kristus sampai Dia datang melalui Babtisan Roh Kudus yang dijanjikan itu (Kisah
Rasul 1:5).
Tuhan Memberkati. Haleluya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar.
(Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)