Dimana Gereja, saat Vihara dan Masjid “bersinar”??
==>Refleksi Menjelang Natal Tahun 2012
Menarik
untuk direnungkan, apa yang dikatakan oleh tim PMI Kota Medan saat
melakukan sosialisasi Aksi Sosial Donor Darah disela-sela GR Natal
Bersama GPI Kota Medan, beberapa waktu lalu di GPI sidang Tanjung Gusta.
Menurut mereka, data mebuktikan bahwa Vihara dan Mesjid jauh lebih
banyak melakukan aksi-aksi soasial dan kemanusiaan dibandingkan dengan
gereja. Hal itu terjadi dari dulu hingga dua tahun yang lalu. Sedangkan
dua tahun terakhir, gereja sudah mulai menggeliat dan berpartisipasi
dalam kegiatan2 kemanusiaan seperti bantuan bencana alam, aksi sosial
donor darah, pembuatan pengobatan gratis, operasi katarak dan
kegiatan-kegiatan kemanusiaan lainnya.
Walaupun gereja mulai
giat melakukan aksi-aksi kemanusiaan seperti di atas, namun berdasarkan
data, masjid dan vihara masih jauh lebih sering. Hal ini, menurut mereka
memunculkan tanya di benak pemerintah dan badan2 kemanusiaan lainnya
kenapa gereja yang katanya adalah garam dan terang dunia, dengan kasih
kepada Tuhan dan sesama sebagai ajaran utamanya malah lalai dan redup
disaat vihara dimana penghuninya adalah orang2 Budha dan Masjid yang
penghuninya adalah orang2 Islam terus bersinar memberikan dampak dan
kontribusi real kepada masyarakat yang membutuhkan?
Menurut
saya, ini adalah sebuah tantangan sekaligus teguran kepada gereja untuk
menyadari bahwa gereja sudah saatnya semakin peduli dan lebih banyak
berpartisipasi melakukan kegiatan2 kemunusiaan, menolong orang2 yang
berkekurangan, baik sandang, pangan, darah dengan aksi donor darah,
pengobatan gratis bagi orang2 miskin dan lain-lain. Ini adalah bagian
dari tugas gereja tanpa melupakan tugas penting lainnya yaitu membina
kerohanian jemaat. Biar bagaimanapun, dunia menunggu tindakan2 aplikatif
ke lapangan akan ajaran2 kasih kepada sesama yang dipegang oleh orang
Kristen. Dan ini adalah saatnya kita mulai masuk ke “alam nyata”, tidak
hanya berkoar koar di dalam gedung gereja, tetapi masuk ke lapangan
dengan segala keadaan dan tantangannya.
Gereja perlu menaikkan
terangnya ke atas gunung setingginya, sehingga dunia bisa melihat
sekaligus merasakannya. Mengimbangi bahkan mengalahkan “sinar” masjid
dan vihara yang dari nun jauh telah berlari mendahului gereja untuk
merealisasikan ajaran mereka: mengasihi dengan bukti nyata.
Tak
terkecuali Gereja Pentakosta Indonesia. Jika mau jujur alias sadar
diri, gereja kita sangatlah minim seminim minimnya turut dalam kegiatan2
kemanusiaan. “Ketidak punyaan” kita mungkin jadi alibi untuk membela
diri, tetapi alasan itu tentu hanya diberi nilai rendah, sebab bukankah
kita mengetahui bahwa jika kita memberi, maka kita akan menerima
kelimpahan berkat?
Natal dengan segala hiruk pikuknya adalah
momentum yang sangat tepat bagi gereja untuk mencoba membuka jalur baru
untuk bisa menunjukkan sinarnya. Saya coba buat hitung-hitungan kasar,
bahwa selama bulan Natal bulan Desember perayaan2 Natal di Lingkungan
Gereja Pentakosta Indonesia menghabiskan dana yang jumlahnya tak kalah
fantastis. Dalam tempo kurang dari 1 bulan, kita menhabiskan dana tak
kurang dari Rp 2.000.000.000 alias Dua Milliar Rupiah. Pertanyaan
refleksinya adalah: berapa persen dari 2M yang bisa kita bagi kepada
orang2 miskin, orang yang kekurangan, orang2 yang sedang kritis, panti
asuhan, panti jompo dan lain2? Belum lagi bila kita menyadari bahwa
kadang2 Perayaan-perayaan Natal kita bukannya sepenuhnya berfokus kepada
Tuhan, melainkan sering adalah untuk memuaskan dan memenuhi keinginan
kita. Tak jarang pula sehabis natal bukannya meningkatkan rasa damai dan
kasih antar sesama seperti harapan panitia, malah sering terjadi
perselisihan dan bertengkaran. Bisa karena uang, bisa karena perbedaan
prinsip dan bisa pula karena kepentingan-kepentingan yang berbeda.
Okelah, lupakan itu. Wong dimana-mana juga sering terjadi perselisihan2
dan perbedaan2 kecil. Apa yang saya ingin sampaikan secara persuasif
adalah supaya kita khusunya Gereja Pentakosta Indonesia mulai
membiasakan diri untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat kepada sesama
manusia, kalau belum bisa menjangkau lintas agama, minimal sesama
Kristiani. Tidak bisa menumbang uang, bisa barang, tidak bisa barang
donor darah juga mulia..
Mengutip sebuah lagu Pujian: Bersinar...bersinar... Itulah kehendak Yesus..
Bersinarrr...bersinar... Aku bersinar terusss
Haleluya!!!!
Baca Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar. (Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar.
(Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)