Kala itu hari Sabtu. Karena tidak ada kegiatan saya putuskan jalan-jalan ke rumah keluarga di daerah Simpang kantor-Belawan. Waktu itu saya tinggal menyewa kamar di daerah Perumnas Simalingkar, rumah marga Sinaga yang juga adalah jemaat kita di GPI Coklat-Medan.
Sebenarnya niat iin termasuk langkah berani. Karena saya hanya punya duit untuk ongkos berangkat ke Simpang kantor, sedangkan untuk ongkos pulang sore, saya benar-benar berharap dari keluarga disana. Karena itu dengan bulat saya putuskan berangkat menumpang angkot warna hijau No 61 jurusan Simalingkar Belawan.
Singkat cerita saya tiba di rumah keluarga di Simpang kantor. Akan tetapi saya mulai gelisah karena nampaknya abang dan kaka tidak ada dirumah kala itu. Langsung saja saya tanya adek2, abang dimana? Bapak kerja pa uda kata mereka. Kalau Mama dimana? oh mama pergi ke pesta pa uda.. My God..., lalu ongkos pulang mau dapat dari mana nanti??kwkwkwkwkw... GAWATTTTTTTTTTTT
Okelah, lupakan sejenak.., kita main2 aja dulu sama anak-anak.. Tapi tentunya sambil berharap2 cemas, kiranya abang atau kaka pulang secepatnya. Supaya ada dulu jaminan ongkos pulang ke Simalingkar. Karena apapun ceritanya saya harus pulang. KENAPA HARUS PULANG, karena hari itu adalah hari Sabtu, dimana nanti malam harus IBADAH PEMUDA di gereja.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 sore. Tanda-tanda kedatangan abang/kaka belum juga kelihatan. Hati mulai cemas...gimana ongkos pulang...???? Pinjam sama anak2.. ah malunya.. lagi pula belum tentu ada.. Pinjam sama tetangga abang/kaka? Ah mana mungkin, wong tak ada yang saya kenal... Hingga sekitar pukul 17.00 sore abang/kaka belum juga muncul... mampus dess...hahahaha... Lalu bagaimana? Saya tunggu saja? Ah tidak bisa karena malam ini harus harus harus ibadah... Lagi pula hanya saya waktu itu yang bisa main kibot. jadi HARUSSS>>>
Tidak ada lagi solusi. Satu-satunya adalah nekad naik angkot tanpa ongkos. Tentunya kembali naik angkot 61 jurusan Belawan-Simalingkar. Tekad sudah bulat, skenario terburuk pun sudah disiapkan, misalnya kena maki karena tidak bayar ongkos, atau bila KTP harus jadi tahanan, saya sudah rela. Yang penting bagaimana bisa sampai di Simalingkar dan lalu beribadah seperti biasa di malam minggu.
Tak perlu menunggu lama, angkot 61 langsung muncul. Tiba2 hai saya bergirang karena di depan angkot ada suatu tulisan, bunyinya: "...Kau selalu di hatiku...". Tidak salah lagi bahwa ini adalah angkotnya salah satu jemaat kita bermarga Simbolon/Br Siregar. Tak sempat saya perhatikan supirnya, karena penumpang cukup padat dan saya langsung duduk di bagian belakang. Wajah menjadi senyum dan hati mulai tenang, karena saya yakin amangboru marga Simbolon ini tidak akan minta ongkos sama saya. Seandainya pun diminta, bila saya bilang tidak ada uang tentulah tidak ada masalah.
Sehingga saya tidurkan aja di dalam angkot, maklum jaraknya ke Simalingkar cukup jauh, memakan waktu minimal 1,5 jam-2 jam. Kira2 30 menit lagi sampai di Simalingkar saya terbangun, banyak penumpang yang sudah turun sehingga yang tinggal hanya 3-4 orang. Ini membuat pak Supir yang duduk di depan bisa kelihatan dengan jelas. TAPI BETAPA TERKEJUTNYA diriku... Ternyata sang supir bukannya amang boru bermarga Simbolon, melainkan orang lain. Ini artinya angkot kala itu DISERAPKAN ke supir lain... ALAMAKKKKKKKKKKK.... diriku kembali GALAU, lebih GALAU dari sebelumnya...hahahaha
Jarak semakin dekat, jantung semakin tak tenang. Skenario terburuk kembali disiapkan...
Tapi Tuhan itu baik.. amat baik... Kira-kira 4 km menjelang sampai ke simpang gereja kita, dimana saya harus turun disama sesosok wanita menyetop angkot dan lalu naik kemudian duduk. Dia adalah seorang pemudi di gereja kita, namanya Romsi Sinaga (saat ini sudah menikah dan tidak di Coklat Lagi). Saya tanya mau kemana, jawabannya mantap: MAU IBADAH. Luarbiasanya, ito ini adalah anggota yang jarang bergabung apalagi ibadah pemuda malam minggu.
Angkot sudah tiba di simpang gereja, dan seperti biasa saya langsung berseru pinggir bang... Sebelum turun saya pura2 merogoh kantong sambil ngomong "dari sini aja ito".. Tapi si ito sudah duluan memberi ongkos untuk dua orang, untuk dia dan untuk saya...hahahahhaa.. Udah ga punya duit, pura2 nawarin bayar ongkos pula.. Ah biasalah.. formalitas aja...
PUJI TUHAN.... (menurut saya). TUHAN mengutus si ito ini untuk membantu saya yang sedang galau memikirkan ongkos.
Saya jadi dapat pelajaran dari pengalaman kecil ini. Bila saya komitmen "MENGURUSI" urusan Tuhan, maka DIA balik MENGURUS urusan saya. Karena saya berani ber iman demi bisa beribadah kepada-NYA, maka dia sediakan ongkos bagi saya dengan cara yang dramatis
Terpujilah Dia, Tuhan kita Yesus Kristus..
HALELUYA!!!!!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar.
(Pilih Profil Anonymos bila Anda tidak memiliki Blog)