vascript'/>
"..Amazing Grace..": Kut'rima Janji Allah dari Kaum Yehuda

Monday, October 07, 2013

Firmannya yang keras atau suaranya? hehe

Amsal 10:31

"....Mulut orang benar mengeluarkan hikmat..."

Pemirsa, sepeti biasa di awal minggu kita kembali ke menu "Belajar Berkhotbah".  Seorang pengkhotbah yang luar biasa berkata bahwa: Khotbah kita nenentukan nasib kita.  Hal ini saya terima sebagai sesuatu yang benar dan masuk akal. Kalau khotbah tak "berkelas",
dampaknya pun akan tinggal kelas. Salah satu yang turut menentukan baik tidaknya sebuah khotbah adalah temperamen si pengkhotbah. Temperamen seorang pengkhotbah bisa dilihat dari penguasaan diri saat berkhotbah terutama dari keras lembutnya suara yang dikumandangkan. Bila rekans telah berpengalaman berkhotbah atau mengetahui "hukum-hukum" Homeletika, tentulah mengetahui bahwa penguasaan keras dan lembut suara sangat perlu diperhatikan.

Rekans, beberapa orang jemaat telah berkeluh kesah karena tak tahan mendengar suara Pendetanya saat berkhotbah yang sering sekali berkoar-koar dan membuat kuping jadi panas karena kerasnya suara dari mimbar saat berkhotbah, sebab membuat microfon mengeluarkan suara yang melengking. Memang degan suara begini si tukang ngantuk bakal bangun dari tidurnya, hahaha.  Katanya si pengkhotbah selalu mengklaim bahwa sangat perlu menyampaikan Firman dengan keras supaya mengena di hati jemaat.

Masalahnya adalah bukan Firman Tuhannya yang keras melainkan suara si pengkhotbah ditambah muka memerah dan mimik emosional membuat pendengar jadi ketakutan.  Saya sendiri menemukan beberapa pengkhotbah yang menyampaikan Firman Tuhan yang keras, tajan, menusuk dan "mengahajar" para jemaat tetapi disampaikan dengan lembut dan terkesan penuh kasih. Biar bagaimanapun Firman Tuhan yang keras, tidak harus disampaikan dengan muka dan suara yang keras.

Pengkhotbah mestinya belajar Homeletika, mengeluarkan suara sesuai dengan kebutuhan, kapasitas gedung harus diperhatikan, volume microfon tidak boleh lepas dari perhatian. Beda suara saat khotbah di KKR, beda saat ibadah biasa.  Beda suara saat khotbah di lapangan terbuka dengan kapasitas 10 000 orang, beda pula kebutuhan suara di dalam gedung dengan kapasitas 100 orang.

Jangan cari-cari alasan dengan mangatakan bahwa itu dorongan roh Kudus, sikit-sikit dorongan roh Kudus sehingga tidak bisa ditahan.  Bah emang kalau disertai roh Kudus jadi ga sadar diri, sehingga tidak bisa dikendalikan? hehe.

Mari berkhotbah penuh kasih, dibalut kelembutan hati dan ciptakan suasana yang adem saat penyampaian Khotbah, supaya jemaat diberkati dan banyak salam berkat, hahahahaleluyah..

Tuhan Memberkati...

Friday, October 04, 2013

Think Globally, Act Locally

Filipi 4:8

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci , semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Pemirsa, beberapa hari yang lalu saya ada sedikit urusan ke salah satu gereja GPI yang ada di kota Medan. Saat berbincang dengan Pembina Pemuda disana, saya diberitahu bahwa si pembina kecewa dengan salah satu anggotanya yang aktif dan menjadi salah seorang pengurus di kumpulan antar organisasi pemuda pada tingkat yang lebih tinggi. Letak
kekecewaannya adalah mengapa di tingkat organisasi antar gereja, si pemuda ini aktif dan menjadi pengurus tetapi di gereja lokal dimana dia dan orang tuanya terdaftar sebagai jemaat, si pemuda ini malah tidak kelihatan, cuek dan memiliki komunikasi yang buruk dengan teman-teman dan Hamba Tuhan.

Rekans, saya sengaja mengangkat hal ini karena kelihatannya masalah seperti ini sering dan sudah lama terjadi kepada beberapa orang, dimana ada seseorang atau beberapa orang dari sebuah gereja lokal yang "bersinar" diluar tetapi namanya buruk di gereja lokal. Biasanya ini terjadi kepada seseorang yang telah menjadi senior atau orang lama dalam satu kumpulan/organisasi.

Mengapa bisa terjadi? Menurut pengamatan saya beberapa penyebab terjadinya hal ini adalah pertamana adanya misskomunikasi. Kedua adalah seseorang itu mulai merasa hebat karena telah berpengalaman dan punya teman yang lebih banyak. Dia merasa tidak lagi se level dengan teman-teman lamanya di gereja lokal. Ada pula yang merasa sok tua sehingga tidak lagi merasa connect berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya.

Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk berusaha berpikir dan melakukan hal-hal yang baik, patut dipuji, sedap di dengar, yang manis, yang mulia dan buah-buah perilaku baik lainnya. Tentu yang bisa menilai dan menyaksikan hal ini adalah orang-orang disekitar kita. Kalaupun kita sudah mengglobal, menjadi orang penting di komunitas yang lebih besar dan luas, kita tetap beri perhatian dan peduli serta tidak lupa dengan gereja lokal.

Think Globally, Act Locally. Bersinar diluar, berjaya di dalam.

Haleluya!!

Thursday, October 03, 2013

Kecipratan "Kesempatan" Allah

Yesaya 64:8

Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk  kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.

Pemirsa, masih segar sekali dalam ingatanku saat Pendeta Umum GPI Rev Dr MH Siburian, M.Min dalam acara Suara Penggembalaan berkata bahwa kebanyakan tokoh-tokoh Alkitab dipanggil dan dipakai Tuhan secara luar biasa bukan karena mereka punya modal awal (baik
fisik, intelektual, kekayaan, uang dll) sebagai orang-orang hebat, tetapi sebenarnya karena mereka KECIPRATAN Kesempatan dari Allah. Faktanya saat mereka pertama sekali dipanggil oleh Tuhan, kita mendapati bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak pantas dibandingakan dengan orang lain. Katakanlah Gideon yang merupakan orang paling kecil diantara orang-orang sesukunya, dan yang paling kecil pula diantara semarganya.

Sehingga bila seseorang yang seperti Gideon, depoles  Tuhan menjadi seorang pahlawan yang hebat, bukankah itu wajar disebut kecipratan?

Rekans, daku pun menyadari bahwa hari-hari yang penuh keberkatan dikaruniakan Tuhan kepada kita adalah suatu kecipratan kesempatan Allah. Sebagaimana yang dikatakan Firman-Nya bahwa semuanya adalah oleh anugerah-Nya semata.

Dalam sebuah diskusi di Group GPUHYLB bertemakan "Apa Tujuan Allah Menciptakan Manusia", didapati salah satu kesimpulan bahwa Tuhan menciptakan manusia adalah sebagai wadah mengaplikasikan kasih yang ada di dalam diri-Nya dan yang merupakan karakter diri-Nya. Dia yang berdaulat sepenuhnya, dan sesungguhnya Dia tidak akan kurang mulia jika manusia tidak ada melakukan penyembahan kepada diri-Nya. Ahh, benarlah bahwa kita ini hanyalah kecipratan kesempatan dan kasih Allah.

Kalau sudah begini apa respon yang pantas kita berikan kepada Tuhan?
Pertama, hendaklah kita setiap waktu menyadari bahwa kita is nothing with out Him.
Sungguh kita tiada arti tanpa Dia.  Segala yang kita punya adalah dari Dia. Jauhlah kiranya sikap merasa hebat dan menyombongkan diri dari kita. Sebab betapa tidak tahudirinya kita jika masih menyombongkan sesuatu yang bukan kepunyaan kita.

Kedua layaklah Dia dihantari rasa syukur setiap saat dari orang-orang yang dicipta-Nya di muka bumi. Hendaklah "laporan" syukur yang senantiasa terbang dari bumi menuju Sorga dimana Tuhan bertahta, dan dicium-Nya wangi rangkaian syukur kita.

Yang ketiga, biarlah mata rohani dan iman kita terbuka oleh fakta ini.  Bahwa sungguh Tuhan mampu dan berkenan untuk memakai orang-orang kecil, sederhana, miskin untuk melakukan hal-hal besar dan mengagumkan, yang bisa mengguncang lingkungan kita, kota, bangsa dan bahkan dunia. Yang dibutuhkan adalah kepekaan kita untuk meresponi dan memahami panggilannya.

Masih banyak "Lucky Draw" yang Dia sediakan untuk kita.

Tuhan Memberkati. Haleluya!

Wednesday, October 02, 2013

Kawan..., Kita tidak harus tahu..

Roma 9:6a

"....Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal..."

Pemirsa...Seorang ibu yang setia kepada Tuhan pernah berkisah kepada saya. Ibu ini bilang, saya sedikit heran, neberapa tahun yang lalu saya begitu merindukan Tuhan menjawab doa saya tentang sesuatu hal. Tetapi meski saya terus berdoa dan bergumul,
Tuhan tidak menjawad seperti yang saya harapkan.  Eh.. Sekarang saat saya tidak berharap lagi akan hal itu, Tuhan malah menjawab doa saya yang saya minta beberapa tahun lalu. Kenapa saat saya sangat berharap jawaban Tuhan atas doaku tetapi tidak diberikan, sedangkan saat saya sudah lupa akan pokok doa saya, malah Tuhan datang menurunkan berkat-Nya?

Pernahkah mendengar orang lain menyebutkan kalimat-kalimat berikut ini:  Wah saya tidak nyangka berkat Tuhan luar biasa, jauh lebih dari yang saya harapkan. Atau: Ah.. saya tidak yakin hal itu akan terjadi, bagaimana caranya coba? Mana mungkin itu! Akhh hal itu belum pernah terjadi sebelumnya. Pernyataan-pernyataan sejenis ini biasanya kita keluarkan saat
kita merasa kerinduan atau harapan kita tidak mungkin terjadi. Tetapi seiring waktu berjalan, pada waktu yang ditentukan Tuhan, doa kita dijawab-Nya.  Bahkan jauh lebih dari yang kita doakan.  Saat itulah kita kemudian berkata: Tuhan tidak pernah bohong, Dia memberkati aku lebih dari yang kuminta.

Rekans, ingatlah ini:  Kita TIDAK HARUS TAHU bagaimana cara Tuhan menjawab doa dan memberkati kita, yang HARUS KITA TAHU adalah bahwa Dia pasti menjawa kerinduan dan doa kita bila Dia berkenan.

Apa yang telah Dia rencanakan PASTI terjadi dan tergenapi dalam hidup kita. Akan tetapi cara kerja-Nya dan waktu-Nya tidaklah harus kita ketahui. Kutipan Firman Tuhan di atas memberikan garansi kepada kitam, bahwa jika doa dan permohonan kita berkenan kepada Tuhan, apa yang sudah Tuhan tuliskan dalam buku Program Kerja-Nya pasti akan digenapi. Bagaima caranya? Kapan? Dan sebanyak apa? Itu urusan Tuhan.  Urusan kita adalah PERCAYA bahwa hal itu akan digenapi-Nya.

Rekans, sebagai penutup mari bersama nyanyikan pujian yang fenomenal ini:

Jalan-Mu tak terselami, oleh setiap hati kami
Namun satu hal kupercaya, ada rencana yang indah
Tiada terduga kasih-Mu, Heran dan besar bagiku
Arti kehadiran-Mu s'lalu, nyata di dalam hidupku

Penyertaan-Mu sempurna, rancangan-Mu penuh damai
Aman dan sejahtera walau di tengah badai
Ingin s'lalu bersama, rasakan keindahan
Arti kehadiran-Mu Tuhan...

Tuhan Memberkati, Haleluya!

Tuesday, October 01, 2013

Jangan buat Yesus mengeluh

Matius 23:37-39

"Yerusalem, Yerusalem , engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!  Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,  tetapi kamu tidak mau.

Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.

Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga  kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!

Pemirsa, beberapa hari terakhir ini saya merasa ngeri membayangkan kekacauan dunia yang terjadi terutama di negara-negara Timur Tengah dan Afrika. Tentu kita belum lupakan rentetan Arab Spring, dimana dibeberapa negara Muslim terjadi pergolakan hebat yang mengerikan seperti di Mesir, Libya dan yang masih terus-menerus menumpahkan darah adalah di negara Suriah. Nyaya serasa tak bernilai, kasih tergerus ke titik nadir, harga diri lebih rendah dari binatang.

Pada waktu yang sama, teror dari kelompok-kelompok yang mengklain dirinya "pembela allah" terus menerus mengguncang keamanan masyarakat terutama di Timur Tengah dan Afrika juga. Minggu lalu kelompok teroris menyandera, menyiksa dan membunuh orang yang tak berdosa si sebuah mall di kenya. Butuh hampir seminggu bagi pasukan pemerintah untuk melumpuhkan gerombolan teroris ini, tetapi harus dengan tumbal hampir seratus orang nyawa manusia.

Berselang beberapa hari, sekelompok teroris secara membabibuta menyerang asrama mahasiswa di Nigeria. Serangan mendadak tak berperikemanusiaan ini dalam sekejakp mata menghabisi 50 lebih nyawa mahasiswa yang tidak tahu menahu apa sebabnya. 

Rekans, apa yang saya sampapikan di atas hanyalah secuil dari kengerian-kengerian yang sedang menggemparkan dunia saat ini. Yang jelas lima tahun terakhir ini kabar-kabar yang mengerikan telah menghiasi dunia jaman akhir ini. Dunia telah lenyap dengan segala keinginannya, iblis menyetir pikiran manusia untuk saling memusuhi, saling memfitnah, saling membunuh, saling mencurigai dan saling memusnahkan. Hampir tidak ada negara-negara yang akur di bumi ini, pada umumnya semua saling ancam menyerang satu sama lainnya.

Yesus  tentunya menyaksikan semua kejadian yang menghiasi dunia yang fana ini. Kira-kira perasaan apa yang timbul didalam hati Tuhan Yesus melihat ulah dan perilaku manusia jaman akhir ini? Sudah pasti mengeluh dan mungkin menangis. Sama seperti ketika Dia masih di dunia ini, suatu waktu Dia memandang hamparan kota Jerusalem, kota yang dipilih-Nya menjadi pusat pemerintahan-Nya kelak. Sayang sekali kota ini tidak mengenal-Nya bahkan membunuh nabi-nabi yang di utus-Nya untuk menawarkan keselamatan kekal. Tapi Jerusalem tidak mengenal dan bahkan menolak-Nya.

Rekans, menyadari bahwa Yesus mengeluh dan bahkan "menangis" melihat dunia masa kini, mari tampil dan posisikan diri kita sebagai sosok yang bisa "menghibur" Yesus membalut keliuh dan kesah-Nya. Hal paling minimal yang bisa kita lakukan adalah menjaga diri untuk tidak turut serta kepada keinginan dunia, hidup dengan benar dan tidak turut memperkeruh keadaan dunia yang sedang kacau balau.

Setiap hari, jam, menit bahkan detik Dia melihat dan perhatikan setiap tindakan, sikap dan perilaku kita. Jangan menambah keluh kesah Yesus, berusahalah membuat-Nya tersenyum. 

Tuhan Memberkati. Haleluya!

Monday, September 30, 2013

The right seeds in the right Land

Mazmur 107:37

Mereka menabur di ladang-ladang dan membuat kebun-kebun anggur, yang mengeluarkan buah-buahan sebagai hasil.

Pemirsa, di awal minggu ini kita kembali ke menu "Belajar Berkhotbah".  Fokusnya adalah bagaimana supaya khotbah kita menjadi seuatu benih atau bibit yang ditabur di tanah yang
tepat. Bibit kacang tidak akan pernah tumbuh bila kita letak di atas batu kering.  Benih jagung tidak akan pernah tumbuh bila kita tabur didalam air. Itu berarti satu atau sekelompok benih atau bibit harus di tabur di tanah yang sesuai dengan jenis dan habitat bibit/benih.  Bila tidak? Kemungkinan pertama adalah dia tidak akan tumbuh, kemungkinan kedua tumbuh sebentar tetapi tak lama bertahan hidup.

Saturday, September 28, 2013

Pengendalian Diri yang "Menyelamatkan"


I Petrus 4:7b
Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.

Pemirsa, suatu waktu waktu teman saya mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai sepeda motor.  Kala itu menurut kisahnya, sebuah bus dengan kecepatan agak tinggi melaju
dari arah berlawanan. Melihat bus yang tiba-tiba muncul, kawan ini menjadi panik dan hilang kendali. Padahal sebenarnya masih ada sisa badan jalan dan seandainya dia tenang saja dan meneruskan perjalanan, hampir pasti tidak akan terjadi kecelakaan seperti ini, kisahnya.

Rekans, Ketika kita menghadapi tantangan hidup berupa persoalan, kesulitan, penderitaan atau punyakit kita sering hilang pengendalian diri. Kita sering tidak mampu mengendalikan hati dan pikiran kita.  Ketidakmampuan mengendalikan diri inilah yang membuat kita panik, gusar dan menjadi tidak tenang. Ingat, bila kita panik dan tidak tenang, hampir pasti kita tidak akan bisa dan tidak akan terpikir untuk berdoa. Benar bukan?

Seorang teman bernama Maylin Purba" dalam status facebooknya mengatakan begini:

"..Kesulitan itu seperti air keruh. Bersabarlah, jangan mengaduknya, karena sebentar lagi ia akan jernih..."

Saya setuju sekali dengan statement yang excellent ini. Sebuah persoalan hidup bila kita bumbui dengan kepanikan yang berlebihan, ketakutan yang berlebihan dan lalu mengambil
opsi-opsi penyelesaian yang membabi buta, maka persoalan itu sendiri tidak akan selesai melainkan akan semakin parah.  Itu sebabnya banyak orang sakit yang buru-buru pergi ke dukun atau kepada orang pintar dan bukannya terlebih dahulu berdoa dan meminta petunjuk serta mujizat Tuhan. Yang begini kita sudah tahu efeknya bukan? Bukannnya sembuh, mala si sakit menjadi terjerat benih-benih kuasa jahat yang membuat dia tidak berkenan kepada Tuhan.

Rasa khawatir, takut dan gelisah tentulah sesuatu hal yang lumrah saat kita mengalami persoalan hidup. Tidak ada yang bisa menyangkal itu, itu manusiawi dan masuk akal. Akan tetapi sebagai anak-anak Tuhan yang memiliki Bapa yang setia dan di dalam-Nya ada janji yang murni yang menyediakan pertolongan kepada kita setiap saat dan dalam persoalan apa pun, jangan kiranya dihantui oleh ketakutan dan kepanikan yang berlebihan. Tetapi mari kita tempatkan Tuhan sebagi opsi pertama dan yang utama untuk menjadi solution maker alias pembuat solusi dalam penyelesaian permasalahan yang kita hadapi.

Jadilah tenang, jangan panik berlebihan, tenangkan diri, kendalikan diri, hati dan pikiran
dan berlututlah di hadapan Tuhan. Persoalan kita hanyalah seperti air yang sedang keruh karena sedikit terguncang, sebentar lagi dia akan jernih kembali seperti sedia kala.

Oups, hampir lupa: Salah satu BUAH ROH adalah PENGEDALIAN DIRI, hehe

Tuhan Memberkati. HALELUYA


Friday, September 27, 2013

Yang terpenting dari sebuah Ujian: NAIK KELAS

Mazmur 66:10

Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak.

Pemirsa.. Masihkah kita ingat semasa TK, Sekolah Dasar, SMU bahkan sampai kuliah saat-saat kita menghadapi ujian pelajaran? Ya, bila mau jujur ujian sekolah adalah sesuatu yang tidak terlalu kita inginkan, karena kemungkinan takut tidak mampu menjawap soal-soal atau
pertanyaan dan malu kepada guru dan teman. Lepas dari itu, sebenarnya apa maksud dan tujuan suatu ujian pelajaran dilakukan? Pertama adalah untuk mengtahui apakah pelajaran yang telah kita terima selama waktu tertentu telah kita mengerti dan pahami? Kedua dan yang terpenting adalah supaya kita lulus dan masuk ke kelas yang lebih tinggi dan baru alias naik kelas.

"....Tak ubahnya dengan pelajaran, bahwa ujian yang diijinkan atau dirancang Tuhan untuk kita adalah bertujuan untuk memurnikan kita dan cara Allah mempersiapkan kita memasuki suatu level rohani yang lebih kuat, lebih kokoh, tahan banting dan yang tak kalah penting untuk pantas menerima penggenapan berkat Tuhan yang lebih besar di waktu berikutnya. So, ujian itu adalah kesempatan kita untuk MOVING TO THE NEXT LEVEL..."

Akan adakah yang tidak lulus uji/tahan uji dalam iman? Sudah barang tentu. Sebagaimana orang yang tidak lulus ujian di sekolah maka kemungkina pertama adalah bahwa dia tidak naik kelas, kemungkinan kedua dia harus ujian ulang. Begitu juga dengan ujian rohani yang datangnya dari Tuhan. Orang-orang yang tidak peka akan maksud Tuhan yang menginjinkan
ujian, akan melihat ujian itu sendiri dari sudut pandang yang lain. Beberapa orang akan marah dan protes kepada Tuhan.  Biasanya orang yang begini menuduh Tuhan tidak adil. Karena mereka memandang ujian (yang identik dengan penderitaan) dari sudut pandang manusia, bukan dari sudut pandang Tuhan.

Rekans, bila suatu waktu kita merasakan suatu persoalan dan penderitaan sementara kita setia dan taat kepada Tuhan, mari kita melihat dari sudut pandang Tuhan dan serta merta meuduh Tuhan tidak adil.  Tetapi sebaliknya mari kita tetap tekun sebab ketekunan itu sendiri akan membuat kita tahan uji, dan tahan uji akan membuat kita menjadi orang-orang yang berpengharapan (Roma 5:4).  Ingatlah ini:  UJIAN HIDUP yang identik dengan penderitaan akan selalu berakhir dengan kebahagiaan

Tuhan Memberkati.. Haleluya...