vascript'/>
"..Amazing Grace..": Kut'rima Janji Allah dari Kaum Yehuda

Tuesday, September 10, 2013

Yang Butuh Siapa? Pengkhotbah atau Pendengar?

I Petrus 5:3

Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan  bagi kawanan domba itu.

Pemirsa, kali ini kita kembali ke menu "Belajar Berkhotbah". Sebab betapa pentingnya para pegiat khotbah memperhatikan segala sesuatunya supaya khotbah yang disampaikan menjadi berkat bagi pendengar dan bukan sebaliknya ditolak oleh karena kesalahan sipengkhotbah itu sendiri.

Sebagai penikmat khotbah dan sesekali berkhotbah saya sering gundah gulana melihat dan mendengar kebiasaan seorang pengkhotbah yang menurut saya buruk. Beliau ini sering kelihatan marah ketika khotbahnya kurang direspon hangat oleh pendengar. Sementara bila dinilai secara jujur, dinginnya respon jemaat adalah karena khotbah beliau tidak menarik, kurang berbobot dan malah kadang aneh-aneh. Bila khotbahnya kurang direspon, beliau ini sering berkata:  "Apa tidak ada lagi orang disini?", Saya sudah capek-capek mempersiapkan khotbah, ko jemaat tegar tengkuk, mengeraskan hati dan tidak menghormati Firman Tuhan?? Bukan kami yang butuh khotbah, tetapi domba-domba atau jemaatlah yang butuh khotbah. Terkutuklah yang menolak Firman Tuhan.

Rekans pengkhotbah, Janganlah melukai hati pendengar dengan meneror mereka, menyalahkan mereka, menuduh tidak menghormati Firman Tuhan.  Padahal dalam keadaan marah sebenarnya bukan Firman Tuhan lagi yang kita sampaikan, tetapi luapan emosi yang sudah tidak terkontrol. Bila jemaat sudah menggerutu di dalam hati karena khotbah yang kurang berbobot, amarah yang tak berdasar dan terkesan dipaksa oleh pengkhotbah, habislah ceritra kita, hahaha. Emang hanya lu pengkhotbah, banyak tuh pengkhotbah di luar sana. Banyak tuh disana gereja yang besar, menarik, nyaman, ada ACnya lagi, pengkhotbahnya kren, ganteng, pintar dan berkuasa.

Daripada kita mencoba meletakkan kesalahan kepada pendengar, lebih baik kita belajar koreski diri dan koreksi materi khotbah kita.  Berbobot apa tidak? Menarik apa tidak? Atau jangan-jangan khotbah kita yang tidak jelas, atau bahkan aneh-aneh. Kalau khotbah menarik, hidup, berbobot dan punya power, jemaat juga bakal mengaminkan, antusias dan merespon hangat.  Kata-kata AMIN, atau Haleluya itu bakal muncul sendiri. Tak perlu dipaksa.

Lagi pula ibarat kita sebagai seorang pedagang, bila dagangan kita tidak laku, siapa yang

kita salahkan? Pembeli??? hahaha. Pedagang dong yang salah. Mungkin ilmu dagangnya dibawah standar, atau kualitas dagangannya terlalu rendah atau jenis dagangannya tidak sesuai kebutuhan. Apa ada hak si pedagang marah-marah karena barangnya tidak dibeli orang lain.

Memotivasi jemaat supaya antusias dan membuka hati terhadap Firman Tuhan itu sah-sah saja bahkan perlu.  Tetapi memarahi jemaat karena merespon dingin khotbah adalah tidak berdasar dan tidak pada tempatnya. Tindakan pertama adalah koreksi diri kita sebagai pengkhotbah. 

Jadi kesimpulannya adalah:
Siapa yang butuh khotbah:  Ya Jemaat Dong...
Siapa yang butuh Khotbahnya di dengar:  Ya pengkhotbah dong, hehe

Tuhan Memberkati.  Haleluya

Monday, September 09, 2013

Ini Yang Terpenting di Pagi Hari..

Markus 1:35

Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.

Pemirsa, Menurut pakar kesehatan bahwa serapan pagi adalah sangat penting adanya bagi kesehatan tubuh kita.  Secara ringkas manfaat sarapan pagi adalah:  Memberikan energi, Menyegarkan otak, mencegah penyakit maag, dan lain sebagainya.  Selain itu juga untuk menjaga kontrol pola makan yang sehat. Sebab kita tentu mengetahui begitu banyak orang
jatuh sakit bahkan berujung kematian yang dikarenakan pola makan yang tidak sehat. Intinya bawha dengan serapan pagi, kita punya daya untuk berkarya diawal hari. Jadi boleh dikata, untuk kebutuhan fisik kita, maka yang terutama adalah serapan pagi.

Untuk urusan rohani, apakah yang terpenting di pagi hari? Persis seperti kebutuhan jasmani, yang paling dibutuhkan setiap orang untuk menjaga "kesehatan" rohaninya sepanjang hari adalah "sarapan pagi".  Motivator dan pengkhotbah hebat Indrigautama menyebutnya dengan istilah JC Coffe Shop.  Saat pagi hari mata terbuka, yang pertama dan terutama kita lakukan adalah menyapa Tuhan, mengucap syukur atas pemeliharaan dan penjagaanya sepanjang kehidupan kita dan terkhusus selama tidur semalaman. Tidur adalah kondisi dimana kita tidak bisa menjaga diri kita, tetapi Tuhan memberikan layanan keamanan gratis kepada kita sepanjang istirahat. Siapa yang tidak mensyukurinya pantas dilabeli sebutan bari yaitu si Sombong kepada Tuhan.

Setelah ucapan syukur di pagi hari, kesehatan rohani akan kita terjamin dengan makan "manna sorgawi" alias membaca Firman Tuhan.  Membaca Firman Tuhan adalah saat dimana kita yang berposisi sebagai pendengar, dan giliran Tuhan yang berbicara.  Sedangkan berdoa adalah waktu dimana Tuhan yang mendengar dan kita yang berbicara.  Hal ini perlu dijaga keseimbangannya.  Firman yang kita baca dipagi hari akan menjadi penuntun, sumber kekuatan dan pemberi solusi untuk akfitas kita seharian.

Rekans, Yesus sendiri menjadi teladan kita.  Pada ayat di atas disebutkan dengan jelas bahwa Tuhan Yesus memilih bangun dengan cepat alias pagi-pagi benar, lalu mencari tempat yang sunyi dan nyaman lalu berdoa kepada Bapa.  Istilah sekarang, hal ini disebut
Saat Teduh.  Saat sejuk, nyaman di pagi hari dan menaikkan syukur kepada Tuhan dan menumpahkan isi hati dan permohonan kepapa Tuhan.

Rekans, saya yakin kita semua bisa membuktikan khasiat sarapan pagi ini.  Baik sarapan jasmani maupun sarapan rohani.  Bila anda beraktifitas dipagi hari tanpa dibekali serapan pagi, sudah pasti hasilnya tidak maksimal. Sebab siapa yang bisa bekerja maksimal dengan perut keroncongan? Persis begitu juga bila kita beraktifitas seharian tanpa diawali doa dan Firman Tuhan.

Selamat Bangun pagi hari, Hal yang pertama dan terutama yang kita lakukan adalah Menyapa Tuhan.

Haleluya...

Saturday, September 07, 2013

Melompat atau Hanyut??

Efesus 6:10


Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya


Pemirsa..., Jika suatu waktu Anda dihadang oleh sungai kecil yang agak deras, sementara anda harus menyeberang, respon apa yang anda lakukan?  Melompat dan lalu menyeberang, atau menunggu sungainya mengecil dan besoknya baru menyeberang atau menghanyutkan diri kesungai?  

Saat mengalami suatu masalah yang sulit pada umumnya ada dua jenis respon manusia. Pertama adalah kita menjadikan masalah tersebut sebagai batu loncatan untuk meraih sukses dan satu lagi adalah turut larut dan terpuruk dengan masalah tersebut.

Bagaimana supanya hanyut dan terpuruk bersama masalah? Mudah saja.  Ratapi saja masalahnya, salahkan diri sendiri dan anggap diri anda tidak mampu sama sekali menyelesaikan masalah tersebut dan hanya menunggu waktu untuk bangkit dengan sendirinya.

Bagaimana sebuah masalah bisa menjadi batu loncatan untuk kebaikan dan kemajuan adalah pertama dengan menyadari bahwa hidup dengan masalah itu tidak enak.  Dengan demikian kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir peluang terjadinya masalah. Apalagi masalah yang berasal atau ditimbulkan oleh kesalahan sendiri.  Yang kedua adalah menjadikan masalah sebagai moment mengevaluasi diri dan menjadikannya sebagai titik balik untuk bangkit dan maju di waktu berikutnya.


Yang ketiga adalah mengambil hikmah dari sebuah masalah.  Orang pintar berkata dalam masa tersulit sekalipun, selalu ada peluang untuk menjadikannya sebagai alasan untuk bangkit. Pada prinsipnya setiap kejadian atau masalah selalu didapati minimal satu hikmah yang bisa di ambil.

Yang ke empat dan yang terpenting adalah meminta bantuan dari Juru Tolong yaitu Tuhan. Pertolongan Tuhan selalu terbukti dan teruji di segala keadaan, situasi, segala tempat dan segala jaman.  Dia adalah Juru Tolong kita yang sudah membuktikan pertolongannya kepada ribuan, jutaan dan ratusan juta orang di bumi ini.  Orang beriman selalau berkata, Tidak ada masalah yang tidak selesai bersama Tuhan dan solusi terbaik selalu datang dari Dia. 

Terpujilah dia selama-lamanya.  Haleluya.

Friday, September 06, 2013

Sisi Lain "Bohong Putih" Abraham

Lukas 12:25

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?

Pemirsa... Menyinggung tentang Dosa Putih atau White Lie atau yang dalam bahasa Indonesia kita sebut "berbohong untuk kebaikan" umumnya kita langsung terinat kepada tiga kasus dalam Alkitab.  Pertama Bidan-bidan di Mesir yang "berbohong" kepada Firaun ketika
mereka menolong bayi-bayi Israel termasuk Musa, sementara mereka diperintahkan oleh Firaun untuk membunuh semua bayi laki-laki Israel yang akan dilahirkan.  Kedua adalah kejadian ketika Rahab perempuan Yerikho yang tidak mengenal Allah berbohong kepada tentara Jerikho yang sedang mengejar tiga orang pengintai Israel.  Oleh dosa putih ini ketiga pengintai Israel bebas dari kejaran tentara Yerikho.

Ketiga adalah kejadian saat Abraham dan keluarga besarnya dilanda kelaparan dan terpaksa mengungsi ke Mesir.  Mengingat Firaun yang dikenal Play Boy Kelas Kakap maka Abraham mencoba melepaskan isterinya Sara dari jeratan ke Play Boy an Firaun dengan berkata bahwa Sara adalah saudara perempuan Abraham.

Rekan-rekans, lepas dari perdebatan dan diskusi yang belum berujung hingga kini apakah "dosa putih" itu boleh atau tidak, atau apakah itu bagian dari hikmat atau alibi saya melihat satu sisi lain dari kasus ini.  Bahwa timbulnya usaha Abraham untuk mencoba mencari jalan pintas dengan mengatakan yang tidak benar demi menyelamatkan isterinya adalah adanya KEKHAWATIRAN akan pembelaan Tuhan. Dalam kondisi dimana sedang terjadi kegalauan dalam pengungsian akibat kelaparan, patut di diuga iman Abraham sedang di titik rendah. Sehingga ketika timbul lmasalah baru, Abraham mencoba jalan pintas dengan mengatakan bahwa Sara adalah saudara perempuannya. Kemungkinan besar Abraham sedang tidak yakin penuh pada pertolongan Tuhan yang sangggup melakukan apa pun untuk menolong anak-anak-Nya termasu Abraham dalam persoalan apapun.

"...Faktanya bahwa meski Abraham berusaha menyelamatkan isterinya, Firaun tetap membawa Sara untuk tidur dengannya.  Dan faktanya pula bahwa Tuhan terbukti menolong dan menyelamatkan Sara dengan cara Tuhan menimbulkan
penyakit kepada bangsa Mesir dan menghadirkan mimpi buruk kepada Firaun. Jadi seandainya pun Abraham jujur saja mengatakan bahwa Sara adalah isterinya, Tuhan tetap sanggup untuk melakukan pertolongan dan melepaskan Sara dari jeratan nafsu Firaun. Tetapi karena Abraham KHAWATIR, terpaksa pengalaman "dosa putih" mewarnai cerita hidupnya sebagai Bapa segala orang yang percaya..."

Rekans, Dalam keadaan apapun mari kita memilih lebih percaya kepada pertolongan Tuhan yang sanggup melakukan apa pun daripada mencoba mencari jalan pintas yang sifatnya sementara dan bisa berdampak buruk di kemudian hari.

Tuhan Memberkati.


Haleluya... 

Thursday, September 05, 2013

Ketulusan yang "Menggetarkan"

Mazmur 41:13
Tetapi aku, Engkau menopang  aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di hadapan-Mu untuk selama-lamanya

Pemirsa...., masih berkaitan dengan ibadah tengah minggu di rumah jemaat kami kemarin (03-09-2013) yang mendapat kunjungan dari seorang Pendeta dari sidang jemaat lain. Beliau ini adalah sesosok probadi yang tulus dan polos adanya. Tentu saja orang-orang yang mengenal beliau mengakuinya.

Sejujurnya khotbah beliau hanya sederhana.  Baik materinya, gaya penyampaian serta
redaksional kata-kata yang beliau sampaikan.  Tetapi seluruh jemaat termasuk saya begitu diberkati dengan Firman Tuhan malam itu. Rasanya begitu menyentuh dihati. Pastilah karena Roh Kudus mengurapi beliau, hadir dalam setiap perkataan beliau serta menjamah hati umat yang mendengar.  Mengapa bisa? Tidak diragukan lagi, karena beliau berkhotbah dengan rendah hati, penuh ketulusan.  Tidak berbohong, tidak memanipulasi dan tidak mencoba menyenangkan pendengarnya dengan hikmat kosong yang tidak berguna untuk kebangunan iman.

Rekans..,sebagai penikmat khotbah kita mungkin mulai memilih-milih pengkhotbah dengan membuat standar yang mulai tidak sehat. Kita mulai hanya menyenangi dan menginginkan seorang pengkhotbah yang pintar mengolah kata dan memiliki guyonan yang menggoyang hati untuk tergelitik dan tertawa terbahak.  Kita mulai menginginkan khotbah yang dari awal sampai selesai membuat kita ketawa-ketiwi. Tetapi sepeninggal tempat ibadah, yang melekat di hati adalah lawakan pengkhotbah dan bukan materi pokok khotbah tersebut.

Sebegai pengkhotbah kita mungkin mulai mulai berpikir bila materi khotbah kita sederhana dan biasa-biasa maka tidak akan memberi dampak kepada pendengar. Dengan paham yang begitu kita mulai mencoba ramuan khotbah yang sensasional dan terkesan 'baru'.  Parahnya, pengkhotbah mulai memanipulasi kebenaran yang ada dan pengalaman pelayanan dan meceriterakan secara berlebihan kepada pendengar. Singkatnya, pengkhotbah takut tidak digemari oleh pendengarnya.  Padahal bukankan urusan Tuhan untuk menghidupkan khotbah kita di hati jemaat sedangkan urusan kita hanya menyampaikan saja?

Ayat di atas mengingatkan kita, bahwa Tuhan akan menopang setiap orang dalam langkahnya bila didasari ketulusan.  Demikian juga dalam berkhotbah. Hati yang tulus, penyampaian yang tulus dan tidak manipulatif serta doa yang tulus, itulah khotbah yang hidup, berkuasa dan menghasilkan atmosfir yang menggetarkan dalam sebuah ibadah.

Tuhan Memberkati.

Haleluya...