vascript'/>
"..Amazing Grace..": Kut'rima Janji Allah dari Kaum Yehuda

Saturday, August 31, 2013

Amin yang Terpaksa...

Amsal 15:1
Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.

Pemirsa...., kali ini kita kembali ke menu Belajar Berkhotbah.  Biar bagaimanapun setiap pengkhotbah akan senang bila khotbhanya direspon dengan baik, hangat serta antusias oleh seluruh jemaat yang mendengarkannya.  Kadang kala kita sedikit jengkel bila jemaat tidak memperhatikan kita dan materi khotbah kita. Itu lumrah adanya.


Pada umumnya ketertarikan dan keantusiasan jemaat terhadap khotbah kita direspon dengan perkataan "amen", atau "haleluya" atau "puji Tuhan'.  Ketika perkataan sorgawi ini cukup biasa menghiasi setiap ibadah khususnya di kalangan Pentakosta.

Rekans, sebagai pengkhotbah kita harus memahami bahwa ketiga respon di atas semestinya muncul adalah murni oleh karena jemaat memang tertarik, antusias, senang serta mengimani Firman Tuhan yang kita khotbahkan.  Masalahnya adalah ada beberapa pengkhotbah telah merasa jengkel bahkan marah ketika khotbah mereka kurang direspon antusias oleh jemaat.  Pengkhotbah yang marah ini biasanya akan berkata:  Kok sedikit sekali Haleluyanya?  Apa tidak ada lagi orang disini?  Kenapa tidak tunduk kepada Firman Tuhan? 


Pernyataan yang kasar  bukan?  Rekans, Ayat di atas mengingatkan kita bahwa perkataan yang pedas bisa membangkitkan marah.  Bila seorang pengkhotbah memaksa jemaatnya harus selalu merespon dengan amin atau haleluya atau perkataan laiinya maka pertama jemaat akan merasa terpaksa.  Dan yang namanya terpaksa tentu tidak akan menyenangkan
nama Tuhan.  Yang kedua si pngkhotbah sudah dicap sebagai pemarah sekaligus gila hormat. Hampir pasti perkataan-perkataan pedas dari pengkhotbah yang begitu akan membekas lama di hati pendengarnya, dan oleh karenanya pula mereka tidak akan tertarik lagi mendengar si pengkhotbah dan khotbahnya.

Rekans pengkhotbah, bila respon jemaat mulai berkurang terhadap khotbah kita yang pertama harus kita lakukan adalah koreksi diri sendiri.  Apakah materi khotbah kita bagus, berbobot, berkuasa, menarik dan apakah gaya penyampaian kita menarik atau sebaliknya membosankan. Jangan serta merta menyalahkan dan memarahi jemaat. Nanti aminnya terpaksa, datangnya pun terpaksa, membagi berkat pun jadi terpaksa.

Tuhan Memberkati... Haleluya

Friday, August 30, 2013

Menagih "Hutang' Tuhan...

Amsal 19:17


Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.

Pemirsa.... Saat mencari-cari ayat Firman Tuhan untuk renungan hari ini, saya menemukan satu ayat yang mengagumkan yang berintikan MEMIUTANGI TUHAN.  Waw... Bayangkan Tuhan akan berhutang kepada kita.  Dan pastu bila tiba waktunya akan dibayar Tuhan dengan tuntas.  


Hutang apa itu???  Dan mengapa bisa? Ini dia:  Bila kita menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah. Siapakah mereka yang dikatakan lemah?  Yang pasti adalah mereka yang membutuhkan kita di dalam keadaan tertentu.  Dan bisa saja ini ada dalam setiap segmen kehidupan sehari-hari.  Ada orang yang lemah secara ekonomi atau finanasial, ada orang yang lemah karena mengalami diskriminasi hukum, ada orang yang lemah fisik karena penyakit berkepanjangan, ada pula yang lemah dari sudut pengetahuan dan perlu dibantu diajari.


Perlu pula kita ketahui bahwa mungkin saja seseorang lemah dalam satu hal tetapi kuat dalam hal lainnya. Dan sebaliknya bisa saja orang lain kuat dalam satu titik kelemahan kita, dan kita kuat dalam satu titik kelemahan orang lain.  Itu berarti bahwa setiap orang punya kesempatan untuk menjadi penolong bagi yang lain dan suatu waktu membutuhkan pertolongan orang lain.  Itu artinya setiap kita punya peluang untuk memiutangi Tuhan.

Persoalannya rekan-rekans adalah bahwa di abad-21 ini gaya hidup berbelas kasihan sudah nyaris tak berbekas.  Katakan saja salah satu contoh di Indonesia yang katanya makmur, subur dan kaya raya ini kita jelas mengetahui bahwa di daerah-daerah tertentu ditemukan anak-anak yang mati kelaparan dan kurang giji, gelandangan dan anak putus sekolah serta ibu-ibu yang mati saat melahirkan karena kekurangan giji dan fasilitas kesehatan.
Sementara di satu sisi, majalas bisnis internasional dalam surveynya mengatakan bahwa di Indonesia tumbuh subur millioner-millioer baru dan lebih pesat dibanding negara lainnya.  Artinya apa? Ada orang yang bergelimang harta bertetangga dengan orang yang nyawanya terancam karena ketiadaan harta.  Miris bukan?

Kita juga menyaksikan bagaimana gaya hidup pejabat dan anggota DPR/D serta nyaris setiap hari berita-berita dan televisi dihiasi berita tentang mereka atas kejahatan korupsi dan menguras harta negara sedangkan disana tak terlalu jauh, teman sebangsa dan setanah airnya dengan nyawa terancam karena tidak mendapat makan.  Betapa belas kasihan kian lama telah kian menipis di negeri kita.

Permirsa, membaca ayat di atas jika orang yang berbelas kasihan akan memiutangi Tuhan, saya meyakini bahwa orang yang tidak memiliki belas kasihan akan memiutangi Setan. Mereka ini nanti akan menerima hukuaman bersama iblis di neraka.

Mari berbelas kasihan.  Kelak akan di bayar Tuhan...

Tuhan Memberkati.  Haleluya

Thursday, August 29, 2013

"...Iman Lappet..."

Roma 12:11
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala z  dan layanilah Tuhan.

Pemirsa…., Coba anda amati, jika dalam satu persekutuan didapati du kali ibadah tengah minggu.  Sekali di rumah jemaat dan sekali lagi di gereja.  Ada perbedaan mencolok antara kedua ibadah berbeda tempat ini.  Bila ibadahnya dilakukan dirumah, kehadiran jemaat lebih banyak dan sebaliknya bila dilakukan di gereja maka yang hadir lebih sedikit?


Penasaran dengan fakta ini,  saya mencoba mencari sebab musababnya.  Saat bertanya kepada beberapa jemaat mengapa mereka lebih rajin bila ibadah di rumah jemaat, jawaban mereka bermuasa pada dua hal: Pertama menghormati tuan rumah supaya bila kelak ibadah di rumah kita mereka akan datang.  Jawaban kedua dan menggelitik adalah bila ibadah di rumah jemaat hamper pasti dapat makan dan minum minimal snack.


Alam pikir saya pun terbang ke memoar masa lampau kala masih anak Sekolah Minggu di kampung.  Bila gereja tempat saya beribadah dulu mengadakan Kebaktian Malam di rumah jemaat, kami selalu ikut meramaikan meski tempatnya jauh sekalipun.  Sebab sehabis ibadah pasti akan disuguhi Lappet.  Kala itu memang hampir setiap jemaat memilih Lappet sebagai makanan sehabis ibadah malam.  Entah apa sebabnya daku juga tidak tahu.  Yang jelas, karena teringat dengan makanan empuk yang satu ini, saya telah menjadikannya label begi kelas iman orang-orang tertentu alias IMAN LAPPET.

Rekan-rekans.. Sebagai umat Tuhan yang telah dewasa umur dan pengalaman pelayanan, tidak semestinya lagi kita berada di zona Iman Lappet.  Kesetiaan kita beribadah dimanapun dan kapanpun semestinya
tidak lagi sipengaruhi oleh hal-hal duniawi seperti ada tidaknya makanan dan minuman, atau jarak tempuh tempat ibadah dan lain-lain.  Seharusnya kita malu karena begitu kentara dilihat oleh Hamba Tuhan atau jemaat lainnya telah memilih rajin beribadah saat kemungkinan dapat makan/snack dan sebaliknya malas beribadah saat diselenggarakan di dalam gereja.  Sinyal malunya dikuatkan dong, hehe.

Tinggalkan Iman Lappet, tetapi miliki Iman karena Firman Tuhan.  Kalau mau makan Lappet beli saja sama Tukang Lappet Boru Sihombing, hehe.


Tuhan Memberkati.

Haleluya.

Wednesday, August 28, 2013

Pentingnya Identitas

Matius 5:14
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Pemirsa.....hehe.  Saya teringat pengalaman kecil beberapa tahun lalu.  Suatu waktu saya antri panjang di Bank Mandiri Cabang USU-Medan.  Seperti biasa bila antri tentu para nasabah berbaris berdiri secara teratur.  Tiba-tiba ada seseorang dari belakang mendekat saya dan berkata agak pelan.  Bang...Abang anak GPI ya?  (Lha ko masih nanya, bukankah gua terkenal di GPI ini, kwkwkw).  

Sory pemirsa, kita lanjut.. Tentu dengan sedikit kaget saya jawab: Ya saya Anak GPI, beribadah di Simalingkar.  Saya tanya, darimana abang tahu? Dia Jawab: Itu tuh kaos abang di belakang ada tulisan GPI.  Saya baru sadar, waktu saya memakai kaos yang punggungnya bertuliskan Workshop Nasional Pemuda GPI Tahun 2009. Ternyata dia juga adalah anak GPI dan pertemuan itu menghantar kami pada ruang percakapan dan diskusi tentang GPI masa kini. 


Rekan-rekans, Jika saya tidak menunjukkan identitas sgereja aya waktu itu (yaitu tulisan di Punggung baju), hampir pasti kami tidak akan saling bahwa kami sesama umat GPI, dan hampir pasti pula tidak akan terjadi diskusi dan sharing-sharing berbau rohani. Ternyata dengan "identitas" yang melekat pada kita, akan memberitahu orang lain siapa kita.

Rekans, Ayat di atas mengingatkan kita bahwa kita adalah terang dunia, dan pada prinsipnya tidak pernah lepas dari pendangan, perhatian dan pengamatan orang lain di sekitar kita.  Dan penampilan kita saat dilihat dan diamati orang lain, akan menunjukkan
identitas kita kepada mereka.  Bila yang baik yang kita tampilkan di depan mata orang lain maka mereka akan berguman:  Oh ini anak Tuhan.  Sebaliknya bila hal buruk yang kita tampilkan di depan orang lain, mereka akan berguman:  Oh yang ini bukan anak Tuhan.

Selanjutnya bila kita bicara penjangkauan jiwa-jiwa baru untuk Kritus, maka identitas Kekristenan kita haruslah jelas.  Jelas dalam arti perilaku, sifat, sikap, perkataan dan karakter kita harus memberitahu dunia bahwa kita adalah anak Tuhan.  Degan begitulah maka Penjangkaun Jiwa baru akan berhasil.

Tuhan Memberkati

Haleluya...

Monday, August 26, 2013

Selamat Melayani "tubuh Kristus"....

I Korintus 6:19

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?

Friday, August 23, 2013

MEMANG, Tuhan sering nge-Test kita,,,

Keluaran 13:17,21

17. Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir
21. TUHAN berjalan di depan i  mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.

Thursday, August 22, 2013

Sya "No" to Plagiat

Kolose 2:3
sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan

Pemirsa....

Satu harian kemarin saya sangat sibuk, bila tak hiperbolis saya katakan super sibuk. Sehingga serasa tak punya waktu untuk merenung sejenak guna dapat inspirasi dari hembusan angin sepoi, hehe.  Maksud saya dari Roh Kudus.  Sementara sudah komitmen minggu lalu bahwa "rumah mungil" ini akan saya isi setiap hari satu tulisan.  Jujur saja saya sempat berpikir untuk mencontek salah satu renungan harian dari "rumah" lain. Syukur niat itu urung dilakukan, sebab itu namanya plagiat.  Dan saya adalah anti plagiat alias mencontek karya orang lain.

Rekan-rekans, Kali ini kita ke menu "belajar berkhotbah".  Suatu waktu saya mendengar seorang pengkhotbah "besar" dengan lantang berkata:  Kalau berkhotbah, Anda Jangan jadi Monyet atau Bodat. Kenapa dengan Monyet atau Bodat?  Sebab monyet atau Bodat suka meniru-niru kita persis seperti gaya dan gerakan kita.  Pernyataan beliau ini benar, karena kala masih dikampung dan sering melihat monyet, memang jenis yang satu ini suka meniru gerakan-gerakan kita.  Bodat juga demikian.

Rekan-rekans, saya tertarik sekali dengan topik peniru-niru ini dalam hal berkhotbah. Faktanya memang sadar atau tidak sadar beberapa pengkhotbah telah menjadi tukang plagiat atau tukang niru-niru gaya dan materi khotbah orang lain.  Saya sudah mendengar itu, mulai dari keras lembut suara, intonasinya, bumbu-bumbunya dan yang paling menyedihkan hehe materinya pun sama persis.  Kata pengkhotbah di atas, mereka ini adalah "monyet" dalam hal berkhotbah.

Meniru-niru orang lain berbeda dengan belajar dari orang lain.  Tidak ada yang salah bila kita belajar dari khotbah orang lain.  Tetapi semestinyalah kita bijaksana untuk mengambil hal yang penting saja dari seorang pengkhotbah dan jangan bermimpi bakal sama persis seperti dia.  Barang kali seseorang itu adalah idola kita, tetapi jangan berpikir untuk
menjadi orang tersebut.  Itu tidak mungkin.  Atau sebetulnya bisa saja kita kutip sesuatu pernyataan populer dari idola kita, tetapi saat menyatakan ulang kepada jemaat, kita beritahu bahwa hal itu kita dapat dari Pdt X atau Pdt Y.

Bahaya dari plagiat ini adalah pertama, besar kemungkinan kita tidak "satu roh" dengan khotbah yang kita bawakan sebab merupakan contekan dari pengkhotbah lain.  Kedua, bahwa bisa saja contekan ini sudah pernah juga di dengar oleh jemaat dan akan ketahuan bahwa kita meniru-niru.  Yang ketiga, bisa saja pengkhotbah yang lain juga mencontek hal
yang sama dan saat ada kesempatan berkhotbah kepada jemaat dengan materi yang sama maka jemaat akan bingung.  Siapa yang mencontek siapa? hehe.

Karena itu, bagi para pengkhotbah silahkan beajar dari orang lain, tetapi jangan berlagak ingin sama seperti orang lain, sebab kita bukan "monyet" tetapi orang-orang yang cerdas, kreatif dan inovatif.

Tuhan Memberkati..

Haleluya....

Wednesday, August 21, 2013

Malam Pertamaku....

I Korintus 15:58

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!  Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia